Panglima TNI: Singapura Itu Dulu Melayu, Harus Waspada, Kalau Tidak Kita Habis Terpinggirkan

Jabungonline.com - Puisi berjudul "Tapi Bukan Kami Punya" karya Denny JA yang dibacakan oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di rapimnas partai Golkar di Balikpapan beberapa hari lalu, menimbulkan pro dan kontra. Bahkan politisi PDIP berang dengan Panglima TNI.

Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Parreira menilai, jika maksud puisi yang dibacakan Panglima TNI ditujukan kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo, maka hal tersebut salah alamat.

Menurut Andreas, kondisi sosial ekonomi Indonesia yang digambarkan Gatot melalui pembacaan puisi itu tidak serta merta terjadi akibat pemerintahan saat ini. Sebab, kondisi tersebut merupakan dampak dari pemerintahan rezim Orde Baru.

"Situasi ini lahir karena proses sejak orde baru. Justru pemerintah sekarang sedang mengembalikan ke rel Trisakti," kata Andreas, dikutip CNN Indonesia.

Menanggapi hal itu, Gatot justru menjelaskan makna isi puisi tersebut. Menurutnya, ancaman yang sangat nyata dari puisi yang ia bacakan tersebut nyata yakni ancaman migrasi penduduk yang sudah terjadi di sejumlah negara.

"Saya ingatkan bahwa sekarang ini yang paling berbahaya adalah migrasi. Migrasi itu bukan pengungsian," ujar Gatot kepada wartawan di kantor Kementerian Dalam Negeri, Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (24/5).

Menurut Gatot, saat ini, penyebaran manusia sudah tak mengenal batas. Manusia kata dia secara sadar akan selalu mencari tempat yang lebih baik dan yang lebih menjanjikan.

"Sekarang sudah meningkat kompetisi antar manusia. Manusia tak mengenal batas dan mencari tempat yang lebih menjanjikan, lebih baik hidupnya, teori gaji namanya,"tegas Gatot

Gatot pun membeberkan, pada tahun 2050 mendatang, diperkirakan 480 juta orang akan mengungsi ke berbagai wilayah. Salah satunya karena penamanasan global yang terjadi. Tak perlu  jauh ke tahun 2050, pada tahun 2020 saja kata Gatot sudah ada 60 juta orang mengungsi dari sub-sahara (Afrika).

Penyebaran manusia secara sporadis untuk mencari tempat baru ini kata Gatot sudah diantisipasi oleh beberapa pemimpin negara-negara besar dan maju. Sebut saja  Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang sudah menutup akses dari Meksiko. Pun demikian PM Inggris dan Australia yang juga telah menutup pengungsian.

"Hasil dari migrasi kita lihat bahwa dulu di Amerika ada suku Indian sekarang hampir punah, Australia Aborigin juga hampir punah, di Singapura dulu Melayu. Sekarang jadi Singapura," tegas Gatot.

Atas dasar itu, Gatot menegaskan, Indonesia harus waspada akan ada potensi eksodus atau migrasi besar-besaran penduduk dunia tersebut. Kekhawatiran Jaka dalam puisi yang dibacakannya kata Gatot meminta agar masyarakat Indonesia waspada.

"Jadi kalau tidak waspada anakmu juga bisa seperti Jaka. Apabila kita tidak waspada bisa seperti Jaka tadi. Habis terpinggirkan, bukan orang Indonesia lagi, kita terpinggirkan," demikian Gatot, seperti dikutip RMOL.

No comments

Powered by Blogger.