Betapa Ampuhnya Dakwah: Terimakasih Rezim Anti Islam, Telah Menjalankan Peran Dengan Baik.!


Presiden Jokowi (tengah)

INDAH SEKALI, DAKWAH “DIMATIKAN” LEWAT PROSES POLITIK

Oleh: Choirul Anam

Jabungonline.com -Dakwah itu menyuarakan dan membela yang haq agar yang haq dilaksanakan, dan menjelaskan hakikat kebathilan agar yang bathil ditinggalkan. Jika sistem yang eksis adalah sistem bathil dan dijalankan oleh para pemimpin dzalim, dapat dipastikan bahwa mereka pasti akan marah besar dengan dakwah. Haq pasti bergesekan dengan bathil. 

Tak mungkin haq berjalan beriringan dengan bathil. Jika haq dan bathil tampak beriringan,  pasti itu hanya sekejap saja, dalam waktu singkat keduanya akan segera berhadap-hadapan kembali. Begitulah nature dari haq dan bathil.

Kebathilan pasti akan berusaha “mematikan” yang haq dengan berbagai cara. Paling tidak ada dua pendekatan untuk mematikan dan menghancurkan yang haq, yaitu lewatPROSES HUKUM atau lewat PROSES POLITIK.

Jika dakwah dan aktivisnya berada di rel yang benar, dakwah tak akan bisa dimatikan lewatPROSES HUKUM. Sebab, dakwah dan aktivisnya tak mungkin melakukan pelanggaran hukum syariah, yang secara otomatis tak akan melangar hukum manapun yang dibangun berdasar nurani dan akal sehat.

Tak mungkin aktivis dakwah melakukan pencurian, korupsi, merampok, membunuh, mengganggu anak orang, berbuat kekerasan, melakukan aksi terorisme, atau tindakan-tindakan kriminal lain. 

Namun, jika dakwah melenceng atau aktivisnya ada yang menyimpang, maka dengan modal itu, maka sistem bathil dan penguasa dzalim akan memanfaatkan untuk mematikan dakwah lewat PROSES HUKUM.

Namun, alhamdulillah, selama berpuluh-puluh tahun dakwah berjalan, pelanggaran hukum itu tidak pernah dilakukan oleh dakwah dan para aktivisnya. Sehingga sistem bathil dan penguasa dzalim, akhirnya dengan terpaksa menempuh PROSES POLITIK. Dakwah dan aktivisnya, dimatikan bukan karena bersalah secara hukum, tetapi dimatikan secara POLITIS lewat keputusan berdasarkan syahwat.

Terus terang, yang paling ditakutkan bagi para aktivis dakwah bukan PROSES POLITIK, tetapi jika ada diantara aktivis ada yang menyimpang dan berbuat maksiyat. Sekali lagi, alhamdulillah summa alhamdulillah, aktivis dakwah tetap istiqomah hingga detik ini.

Saat dakwah akhirnya “dimatikan” lewatPROSES POLITIK, ini adalah kemenangan yang luar biasa bagi dakwah. Sebab, jika dakwah istiqomah meniru Rasulullah, ia akan sampai pada suatu jalan dimana ia akan “dimatikan” oleh PROSES POLITIK. Saat itu terjadi, senjata terampuh yang dimiliki sistem yang eksis telah hancur, yaitu SENJATA INTELEKTUAL.

Biasanya, setelah ini, mereka akan bertambah brutal dan gelap mata, sebab intelektualnya sudah tidak ada. Pada saat dakwah dan aktivisnya tetap istiqomah, maka masyarakat akan melihat dengan mata kepala sendiri keistiqomahan dan kejujuran dari aktivis dakwah. Pada saat itulah mereka mendapatkan HEARTS and MINDS dari masyarakat. Jika itu terus terjadi sampai pada level tertentu, maka kebathilan akan hancur dikalahkan oleh haq.

“Dan Katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS.al-Isra’ :81).

Jadi, pertarungan antara haq dan bathil, memang pertarungan yang membutuhkan proses dan membutuhkan banyak tahapan. 

Secara kasat mata, terkadang tampak bahwa yang bathil menang, padahal itu hakikatnya adalah kekalahan. Saat Rasulullah dan para shahabat dahulu diboikot secara total selama 3 tahun, itu bukan kekalahan dakwah. Secara kasat mata, memang tampak bahwa dakwah kalah. 

Padahal itu bagian dari tahapan kemenangan dakwah. Tetapi, kemenangan tersebut memang tidak kasat mata, kecuali orang yang benar-benar memiliki ketajaman mata hati. Saat Rasulullah dipaksa pulang Madinah dan menanda-tangani perjanjian hudaibiyah, secara kasat mata juga tampak sebagai kekalahan dakwah, padahal hakikatnya itu adalah kemenangan dakwah yang gemilang. 

Pada saat itu, mayoritas shahabat marah besar kepada Rasul karena banyak yang tidak paham, tetapi setelah itu turun surat alfath yang menggambarkan kemenangan yang gemilang, para shahabat nabi baru memahaminya. Dakwah memang tidak bisa diukur dengan ukuran-ukuran yang kasat mata.

Haq itu hanya bisa dikatakan kalah, dalam satu kondisi: yaitu saat aktivisnya tidak istiqomah dan kehilangan kesabaran, lalu berbuat maksiyat dengan cara menempuh metode lain dalam dakwah, tidak seperti jalan yang digariskan Allah dan Rasul-Nya.

Oleh karena itu, berbagai peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini harus disyukuri. Syukur tidak berarti bahwa harus diiringi dengan tertawa-tawa. Syukur tidak berarti bahwa dakwah sudah selesai Syukur tidak berarti mengurangi intensitas dakwah. 

Syukur justru berarti menambah intensitas dakwah. Kita harus bersyukur bahwa para pengemban dakwah tetap istiqomah, kita harus bersyukur atas hilangnya intelektualitas dari sistem bathil dan penjaganya, kita harus bersyukur sudah sampai pada titik dakwah yang paling menentukan.

Semua orang boleh tertawa terbahak-bahak, atau berderai air mata karena kesedihan melihat berbagai kondisi yang memilukan, tetapi bagi para pejuang dakwah, apa yang terjadi ini benar-benar SESUAI DENGAN KHITTOH yang memang telah digariskan. Bersyukurlah karena kita telah melewati tahap “dimatikan” MELALUI PROSES POLITIK.

Kalimat “dimatikan” memang tidak akan pernah membuat mati. Kalimat “dimatikan” itu hanya bermakna bahwa mereka berusaha mematikan. Namun, dalam kenyataan tidak ada dakwah yang bisa dimatikan. Fir’aun dahulu berusaha mati-matian untuk “mematikan” dakwah, orang-orang quraisy, berusaha juga untuk “mematikan” dakwah Rasulullah. Tapi, apakah dakwah para nabi itu mati setelah dicoba “dimatikan”? Tidak. Dakwah itu justru masuk ke tahapan baru dan semakin dekat dengan kemenangan.

Jadi, betapa indahnya sampai pada suatu titik, dimana dakwah “dimatikan” lewatPROSES POLITIK.  Dakwah kini telah masuk babak baru. Kunci utama dalam babak baru ini adalah kesabaran dan keistiqomahan. Sungguh an-nashru qorib.

“Sesungguhnya Kami benar-benar telah memhawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu.” QS. Az-Zukhruf [43] : 78

“Atau (apakah patut) mereka berkata: "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila". Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu.” QS. Al-Mu'minun [23] : 70

No comments

Powered by Blogger.