Sok Bicara Soal Putin, Media Rusia Sebut Tsamara Kurang Wawasan



Jabungonline.com - Politikus Partai Solidaritas Indonesia, Tsamara Amany, membuat pernyataan menyinggung soal kepemimpinan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Namun, akibatnya dia malah dikritik oleh salah satu media massa Rusia, Russia Beyond The Headline (RBTH) karena dianggap kurang wawasan.


Dikutip dari akun Twitter PSI @psi_id, Jumat (6/4), Tsamara menyinggung soal kondisi Rusia melalui video berdurasi kurang dari satu menit.

Isi pernyataannya ditujukan sebagai balasan atas cuitan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon. Sebab Fadli sempat menyatakan kalau pemimpin Indonesia selanjutnya diharapkan mempunyai karakter seperti Putin.

Dalam pernyataan di video itu Tsamara menyebut Vladimir Putin bukan contoh pemipin yang baik karena ia membungkam oposisi dan pers di sana.

“Di rusia tidak ada kebebasan beraspirasi seperti di Indonesia,” kata Tsamara.

Bahkan menurutnya, praktik korupsi di Rusia dibiarkan begitu saja.

“Kalau kita lihat dari segi indeks persepsi korupsi, Indonesia jauh di atas Rusia,” katanya.

“Nah kalau sudah tahu begitu, yakin orang seperti itu mau dijadikan standar kepemimpinan? Kalau saya tidak mau ada pemimpin seperti itu di Indonesia. Kalau kamu?” katanya.

Cuitan itu dibalas oleh RBTH melalui akun Twitter mereka, @RBTHIndonesia.

“Selamat malam @TsamaraDKI.

Kami Russia Beyond, media Rusia (yang salah satunya) dalam bahasa Indonesia. Kami pikir di sini ada kesalahpahaman soal pengetahuan anda tentang politik dan bahkan sistem pers di Rusia. Ini sangat disayangkan sekali.

Kami tidak membela siapapun, termasuk @fadlizon atau bahkan Presiden Putin. Namun, pernyataan Anda tentang negara kami, bahwa di Rusia tidak ada kebebasan beraspirasi seperti di Indonesia, ini menunjukkan kedangkalan wawasan.

Kami pikir, Anda perlu lebih banyak riset soal negara kami. Kami tidak ikut campur dengan politik Indonesia. Kalau ada politikus Indonesia yang mengidolakan pemimpin kami, kami bisa apa? Anda bisa juga berdiskusi dengan @RusEmbJakarta untuk tahu lebih banyak tentang negara kami.

Di Rusia memang ada korupsi, dan ya, besar. Itu betul. Peringkat kami di bawah Indonesia, itu juga betul. Namun, bukan berarti kami tidak melawan korupsi dan membiarkannya begitu saja seperti yang Anda katakan. Ini bukan pernyataan yang main-main.

Tahukah Anda bahwa di Rusia pernah terjadi penangkapan pejabat secara massal sepanjang sejarah pasca-Soviet. Rusia pernah menghukum 8.800 pegawai negeri Rusia karena kasus korupsi (dalam tempo satu tahun). Banyak? Ya, tentu. Tapi bukan berarti kami MEMBIARKAN sama sekali.

Kami lihat, Anda punya karier yang sedang naik. Karena itu, kami harap Anda bisa lebih bijaksana ke depannya ketika mengomentari negara lain, apalagi jika pengetahuan Anda tentang negara itu sangat minim. Jika itu kebetulan tentang Rusia, silakan cari tahu banyak hal dari kami.

Ayo ke Rusia dan lihat langsung bagaimana di negara kami. Silakan juga berkunjung ke kantor kami di Moskow untuk berdiskusi.”

Beberapa jam setelah dikritik di dunia maya, Tsamara dan PSI lantas menerbitkan siaran pers. Dia menyampaikan empat pernyataan terkait bantahan RBTH.

Tsamara menyatakan sangat memahami keberatan RBTH. Sebab menurut dia RBTH adalah sarana kampanye Rusia kepada dunia.

“Karena itu, sangat wajar bila RBTH wajib membela citra Putin di dunia internasional,” tulis Tsamara dalam keterangan pers diterima CNNIndonesia.com.

Tsamara mengatakan, komentarnya tentang Putin ditujukan kepada publik Indonesia, terkait pernyataan Fadli Zon beberapa waktu lalu.

“Yang mengimbau masyarakat Indonesia untuk mencari pemimpin seperti Putin sebagai pengganti pemimpin yang ‘planga-plongo’ (yang hampir pasti ditujukan pada Presiden Indonesia Jokowi),” kata Tsamara.

Tsamara melanjutkan, seperti dikatakan dalam status RBTH, tentu saja Fadli berhak untuk mengagumi Putin. Namun, dia merasa wajib mengingatkan masyarakat Indonesia pemimpin seperti Putin bukanlah pemimpin yang layak bagi Indonesia yang saat ini berkomitmen memperjuangkan demokrasi dan memerangi korupsi.

“Ketika saya mengkritik Putin, bukan berarti saya kemudian anti terhadap rakyat Rusia yang memiliki peradaban luar biasa. Ini sama saja ketika kita mengkritik Donald Trump dan cara-caranya memenangkan pemilu dengan menggunakan politik identitas, bukan berarti saya membenci rakyat Amerika Serikat,” kata Tsamara.

Selain itu, Kata Tsamara, penilaian tentang kualitas Putin yang diktator, otoriter dan membiarkan korupsi terorganisir sudah banyak dikemukakan media dan lembaga-lembaga riset ternama di negara-negara demokratis dunia.

“Saya hanya merujuk pada analisis-analisis tersebut. Misalnya, survei The Economist tahun 2017 masih menempatkan Rusia sebagai negara dengan rezim otoritarian,” ujar Tsamara.

Berdasarkan data dari Transparansi Internasional soal Indeks Persepsi Korupsi 2017, Indonesia memang berada pada peringkat 96 di kawasan Asia-Pasifik.

Sedangkan Rusia menduduki posisi 135 di kawasan Eropa Timur dan Asia Tengah.

Persaingan politik di Rusia juga keras. Kelompok oposisi dipimpin seorang advokat, Alexei Navalny, adalah yang paling keras menentang kepemimpinan Putin. Dia menuding Putin belum bisa memerangi korupsi secara efektif. Dia dan sejumlah pengikutnya juga pernah dipenjara gara-gara beberapa kali menggelar unjuk rasa besar-besaran menentang Putin.  (cnn)

No comments

Powered by Blogger.