Islam Wasathiyah : Ancaman Islam Sejati


foto: MWL
Sekretaris Jenderal Liga Dunia Muslim Sheikh Mohammad bin Abdulkarim Al-Issa diterima oleh Pangeran Hassan bin Talal dari Yordania di kantornya di sela-sela pertemuan.
Sekretaris Jenderal Liga Dunia Muslim Sheikh Mohammad bin Abdulkarim Al-Issa diterima oleh Pangeran Hassan bin Talal dari Yordania di kantornya di sela-sela pertemuan.

Jabungonline.com- KonferensiTingkat Tinggi ( KTT ) Ulama se-Dunia yang mendiskusikan tentang Islam Wasathiyah telah digelar pada 1 – 3 Mei 2018 di Bogor. Agenda ini bertujuan untuk merevitalisasi wawasan Islam yang moderat atau Islam wasathiyah  dan mengarusutamakannya.


Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam revitalisasi Islam wasathiyah. Yaitu kelompok Muslim penanam pemikiran Islam yang menyimpang dari Islam moderat. Dan kenyataan masyarakat dunia saat ini yang menghadapi ketidaktentuan dan kekacauan ( antaranews.com, 1/5 ).

Islam wasathiyah diharapkan menjadi solusi bagi masalah radikalisme, fundamentalisme dan ekstrimisme. Serta jalan tengah dalam mengatasi berbagai persoalan ( metrotvnews.com, 3/5 ). Dalam kesempatan ini, Presiden Jokowi juga menyinggung tentang penyebarluasan radikalisme di media sosial ( kontan.co.id, 1/5 ).

Radikalisme atau Islam Radikal. Bukanlah isu yang bergulir alami. Ia direkayasa sedemikian rupa hingga mengarah pada  satu sasaran yakni Islam. Sebagai strategi pecah belah sesama Muslim, Barat membuat istilah tandingan kontra radikalisme yang dikenal dengan Islam moderat.

 Baik Islam radikal maupun Islam moderat, keduanya merupakan istilah yang dimunculkan oleh Barat untuk menyerang Islam.

Islam moderat beberapa waktu lalu menjelma menjadi Islam nusantara yang memancing pro kontra. Pengikut Islam moderat pun seringkali mengklaim dirinya sebagai penebar Islam washatiyah. Padahal secara epistemologis, istilah washatiyah tidaklah sama dengan kata moderat.

Islam moderat justru lebih banyak mempropagandakan nilai Barat daripada ajaran Islam itu sendiri.

Asal usul Radikalisme

Radikalisme adalah istilah Barat. Bukan dari Islam. Radikalisme berasal dari kata radical atau radix yang berarti “sama sekali” atau sampai ke akar – akarnya. Dalam Kamus Inggris – Indonesia susunan Surawan Martinus, kata radical bersinonim dengan kata fundamentalis dan extreme.

Radikalisme berasal dari bahasa latin radix, radicis artinya akar ( radicula, radiculae, akar kecil ). Berbagai makna radikalisme kemudian mengacu pada kata akar atau mengakar.

Istilah Radikalisme atau fundamentalisme muncul pertama kali di Eropa pada akhir abad ke-19. Istilah ini untuk menunjukkan sikap gereja terhadap ilmu pengetahuan ( sains ) dan filsafat modern. Serta sikap konsisten mereka yang total terhadap agama Kristen. Gerakan Protestan dianggap sebagai awal mula kemunculan fundamentalisme.

Mereka menetapkan prinsip fundamentalisme pada Konferensi Bibel di Niagara tahun 1878 dan Konferensi Umum Presbyterian tahun 1910. Saat itu mulai terkristalisasi ide – ide pokok yang mendasari fundamentalisme. Ide ini didasarkan pada asas teologi Kristen yang saat itu bertentangan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Ide ini lahir dari ideologi sekularisme.

Radikalisme Menyasar Islam
Penyerangan terhadap Islam secara langsung tentu akan berakibat pada sejumlah penolakan bahkan perlawanan. Apalagi target sasaran Barat justru dilakukan di negeri  - negeri kaum Muslimin. Karena itu, diperlukan “isu antara” agar bisa diterima semua kalangan khususnya penguasa. Radikalisme dipilih setelah isu terorisme tidak laku dijual dan kehilangan momentumnya.

Oleh Barat, narasi radikalisme dijadikan sebagai alat menyerang sekaligus menghambat kebangkitan Islam. Barat melakukan monsterisasi bahwa Islam adalah paham radikal yang membahayakan. Monsterisasi ini melahirkan islamophobia di Barat dan seluruh dunia.

Berbagai proyek antiradikalisme atau deradikalisasi digelar. Salah satunya dengan menggulirkan wacana moderasi agama berbalut Islam nusantara maupun Islam wasathiyah.

Ada empat tujuan Barat melancarkan imperialisme epistemologi sebagai propaganda Barat menyerang Islam. Pertama, harakah at tasykik. Yakni menumbuhkan keraguan pada umat Islam akan kebenaran Islam. Dampaknya adalah tumbuhnya sikap netralitas dan relativitas terhadap ajaran Islam. Jika ada Muslim yang fanatik memahami agamanya akan dicap sebagai fundamentalis, radikalis dan teroris.

Kedua, harakah at tasywih. Yaitu menghilangkan rasa kebanggaan terhadap ajaran Islam dengan cara memberikan stigma buruk terhadap Islam. Dampak dari at tasywih ini adalah menggejalanya inferiority complex ( rendah diri ) pada diri umat Islam, islamophobia, pemujaan terhadap Barat.
Ketiga, harakah at tadzwib. Yakni akulturasi peradaban dan pemikiran.

Dampaknya adalah umat Islam terjebak dalam pluralisme agama. Menganggap semua agama sama dan benar.

Keempat, harakah at taghrib. Yakni gerakan westernisasi di segala aspek kehidupan Muslim. Peradaban Barat dijadikan kiblat kaum Muslim dengan meninggalkan ajaran Islam. Melalu berbagai bidang, Barat terus mempropagandakan ideologinya.

Makna Umat Wasathan
Secara etimologi, al wasath adalah sesuatu yang memiliki dua belah ujung yang ukurannya sebanding, pertengahan ( Al Ashbahani, Mufradat Alfazh Alqur’an ). Juga bermakna sesuatu yang terjaga, berharga dan terpilih, karena tengah adalah tempat yang tidak mudah dijangkau, tengah kota ( At tahrir wa at tanwir, II/17 ).

Umatan wasathan yang dimaksud dalam Q.S. Al Baqoroh : 143 adalah umat terbaik dan terpilih karena mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Jalan lurus dalam surat Al Fatihah adalah jalan tengah di antara jalan orang yang dibenci ( Yahudi ) dan jalan orang sesat ( Nasrani ) ( Tafsir al Manar, II/4 ).

Karakter umat wasathiyah yaitu umat yang adil dan pilihan ( Q.S. Ali ‘Imran : 110 ), terbaik dan pertengahan, antara ifrath ( berlebihan ) dan tafrith ( mengurangi ) ( Tafsir ar Razi, II/389 – 390 ). Makna wasathiyah dalam perspektif tafsir tidak sama dengan makna moderat dalam pandangan Barat.

Tanpa diberi embel – embel moderat atau radikal, Islam adalah agama penuh damai, toleransi, adil dan menebarkan rahmat / kebaikan bagi seluruh alam. Kebaikan Islam akan terasa oleh seluruh manusia dengan penerapan Islam secara kaaffah dalam naungan daulah islamiyyah.

Islam tidak memerlukan label – label Barat yang menyesatkan. Islam moderat yang diinginkan oleh Barat meniadakan penerapan syariat Islam kaaffah oleh negara. Tersebab tegaknya daulah khilafah adalah ancaman terbesar bagi ideologi sekularisme kapitalis di seluruh dunia.[MO/ps]

No comments

Powered by Blogger.