Menebak Arah Hubungan Saudi, Turki dan AS Usai Kematian Khashoggi

Jabung Online – Washington mengirim top diplomatnya ke ibukota Turki pada Rabu (17/10) untuk berunding dengan presiden Recep Tayyip Erdogan dan pejabat tinggi lainnya. Pembicaraan itu dilakukan  di tengah krisis yang meningkat atas hilangnya dan dugaan pembunuhan seorang jurnalis Washington Post di dalam konsulat Saudi.


Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo masuk dan keluar dari Ankara hanya beberapa jam setelah meninggalkan ibu kota Saudi, Riyadh, di mana ia bertemu dengan Raja Salman dan putranya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Bin Salman ialah penguasa de factodari kerajaan dan pria yang berusia 33 tahun itu diduga sebagai dalang di balik hilangnya Jamal Khashoggi. Jamal Khashoggi ialah wartawan yang kerap mengkritik Saudi dan warga AS, menghilang setelah memasuki konsulat negaranya sendiri di Istanbul pada 2 Oktober.

Sebuah foto menunjukkan Pompeo dalam pertemuan dengan Erdogan, menteri luar negeri Mevlut Cavusoglu, kepala intelijen nasional Turki Hakan Fidan, dan penasehat presiden Ibrahim Kalin di Ankara.

Mike Pompeo, Presiden Erdogan dan sejumlah pejabat teras Turki bertemu usai kasus hilangnya Khassoggi.

Sementara itu, di Istanbul, para penyelidik Turki untuk pertama kalinya diizinkan memasuki kediaman konsul jendral Saudi, salah satu tempat yang diduga ditinggali tim operasi Saudi setelah meninggalkan konsulat pada hari hilangnya Khashoggi. Saudi yang berdiam diri selama 15 hari dan tidak memberikan akses kepada orang-orang Turki ke tempat tersebut, akhirnya memberikan waktu satu hari untuk penyelidikan setelah Konsul Jenderal Mohammed al-Utaibah terbang kembali ke Riyadh.

Sebelum, kasus Khassoggi terjadi, hubungan antara Ankara dan Washington telah dilanda sejumlah masalah, termasuk pemenjaraan Pastor Andrew Brunson yang dituding Turki sebagai mata-mata AS dan perbedaan kebijakan yang mencolok atas konflik di Suriah.

Kini, Pemerintahan AS tampaknya bersemangat untuk menyapu remah-remah masalah Khashoggi ini ke bawah karpet dan melanjutkan kemitraan yang kuat dengan kerajaan Saudi dalam menghadapi Iran, yang mana dianggapoleh pendukung konservatif presiden sebagai ancaman terbesar di kawasan Timur Tengah.

Donald Trump, mengutip kembali poin pembicaraan Putra Mahkota Mohammed, yang bersikeras di Twitter bahwa kerajaan Saudi “benar-benar membantah” mengetahui sesuatu yang terjadi di konsulat Saudi di Turki. Meskipun, dari kelimabelas nama warga Saudi, beberapa dari mereka disebut memiliki hubungan dengan aparat keamanan Saudi.

Sementara itu, Menlu Turki Cavusoglu mengatakan kepada wartawan bahwa para pejabat dalam pertemuan Rabu itu tidak hanya membahas Khashoggi tetapi juga mengangkat masalah konflik yang sedang berlangsung di negara tetangga, Suriah. Sebagaimana diketahui, Washington dan Ankara saling berhadapan di Suriah, karena AS mendukung militan Kurdi yang terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Turki menuntut para militan PKK meninggalkan wilayah Manbij, timur Sungai Eufrat, Suriah dan telah berulang kali menuduh AS tidak serius dalam kesepakatannya dengan Kurdi.

“Kami menyampaikan kepada AS pentingnya menerapkan peta jalan Manbij,” kata Mr Cavusoglu, menurut CNN Turk. “Meskipun pertemuan singkat, itu sangat berguna dan efisien,” tukasnya.

Kemitraan tiga-arah antara Washington, Riyadh, dan Ankara dimulai pada tahun 1950-an. Hubungan ini bermula sejak konfrontasi melawan Uni Soviet dan proksinya, kemudian melawan kelompok revolusioner Syiah Iran. Tetapi hubungan itu semakin tegang dengan munculnya Putra Mahkota Bin Salman, yang mengambil sikap agresif menghadapi Ikhwanul Muslimin dan Qatar. Sikap itu bertabrakan dengan kepemimpinan Turki yang juga dekat dengan pemerintahan Trump. Posisi ini dianggap oleh orang Turki sendiri sebagai ketidakseimbangan di wilayah tersebut.

Para analis berspekulasi bahwa pembicaraan di belakang panggung antara ketiga negara adalah upaya yang mungkin untuk mengkonfigurasi ulang hubungan, utamanya bagi Turki. “Tidak ada yang bisa menebak jenis negosiasi apa yang sedang terjadi antara Arab Saudi, Turki dan Amerika Serikat,” kata Behlul Ozkan, seorang profesor hubungan internasional di Marmara University, Istanbul.

“(Ketiga negara ini) tidak ada yang akan hancur hubungannya karena kasus Khashoggi. Apa yang coba dilakukan oleh Turki adalah membentuk hubungan ini berdasarkan kepentingan mereka sendiri.”

Tekanan publik untuk sampai menyelidiki secara mendalam kasus Jamal Khashoggi telah meningkat di dua negara anggota NATO. Sekutu politik Trump, termasuk Senator dari Partai Republik Lindsey Graham dan Marco Rubio, secara terbuka menyerukan peninjauan kembali hubungan Saudi-AS atas dugaan pembunuhan terhadap Khashoggi.

“Tidak ada yang bisa menebak jenis negosiasi apa yang sedang terjadi antara Arab Saudi, Turki dan Amerika Serikat,” kata Behlul Ozkan, seorang profesor hubungan internasional di Marmara University, Istanbul.


Menteri luar negeri Jerman Heiko Maas mengumumkan pada hari Rabu bahwa dia menunda perjalanan ke Riyadh untuk bertemu dengan pejabat Saudi. Sementara, kepala IMF Christine Lagarde mengatakan dia akan tidak muncul di KTT ekonomi Saudi minggu depan, sebagai protes atas hilangnya Khashoggi.

Media-media Turki dengan sangat gencar dan semangat menerbitkan rincian mengerikan tentang kematian Khashoggi. Banyak bahan informasi yang tampaknya bocor oleh aparat keamanan, namun tetap di bawah persetujuan Ankara. Harian Yeni Safak, yang dekat dengan pemerintah Erdogan, menerbitkan laporan pada hari Rabu mengutip rekaman audio yang diambil di dalam konsulat.

Surat kabar itu melaporkan, besar dugaan Khashoggi disiksa dan dibunuh, dalam suatu adegan mengerikanyang disaksikan langsung oleh Konsul Jenderal Saudi Mohammed al-Utaibah. Ia segera meninggalkan Istanbul untuk Riyadh pada Selasa. “Lakukan ini di luar (konsulat). Anda akan membuat saya mendapat masalah,” kata al-Utaibah dalam sebuah bocoran rekaman kepada salah seorang yang diduga penyerang Khashoggi. Namun, orang itu malah berkata, “Jika Anda ingin tetap hidup saat kembali ke Saudi, diamlah!’”

Tim forensik Turki sedang memeriksa konsulat Saudi. Foto: AFP.

Rekaman kamera keamanan yang bocor ke media lokal dan internasional menunjukkan bahwa 15 orang Saudi, termasuk seorang dokter forensik, tiba dengan jet pribadi di Istanbul beberapa jam sebelum Khashoggi dijadwalkan tiba di konsulat. Kelimabelas orang itu kemudian melesat beberapa jam kemudian, berhenti di kediaman konsul jendral Saudi sebelum kembali ke bandara dan kabur ke luar negeri.

Pengungkapan bukti ini telah memikat publik Turki dan mendominasi berita utama dan laporan berita. “Orang Saudi tidak memiliki kekuatan atau kesempatan untuk menutupi pembunuhan mereka  di depan mata dunia,” kata komentar di surat kabar pro-pemerintah Aksam pada hari Rabu.

“Riyadh tidak dapat membebaskan dirinya sendiri dengan menyalahkan beberapa pegawai negeri dalam pembunuhan Khashoggi. Bukti visual dan foto membuktikan bahwa ‘pasukan pembunuh’ yang tiba di Istanbul dalam dua jet adalah orang-orangnya Putra Mahkota Mohammed bin Salman,” tukasnya.

Sumber: CNN Turk, AFP, Independent.co.uk
Penulis: Fajar Shadiq

No comments

Powered by Blogger.