Muhammadiyah Minta Para Elit Utamakan Kepentingan Bangsa



Jabung Online - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mukti menyayangkan adanya ancaman pembunuhan kepada 4 tokoh nasional saat aksi 22 Mei 2019.

Menurutnya, kecemasan akan masa depan demokrasi dan keamanan di Indonesia juga menjadi semakin tinggi.

"Oleh sebab itu maka kami mengimbau kepada semua pihak, khususnya kepada elite di negeri ini untuk lebih mementingkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan parpol, golongan, atau mungkin interest pribadi," ujar Abdul di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Selasa (28/5/2019).

Dia mengatakan, sekarang ini masyarakat sudah sangat lelah atas berbagai kekerasan dan ketegangan yang timbul dalam arus politik. Karenanya, mereka perlu keamanan dan jaminan masa depan negara yang lebih baik.

Haedar menegaskan, persoalan kubu 01 dan 02 pun seharusnya tidak lagi ada, sebab semua harus dimulai lagi dari awal. Semua permasalahan juga sebaiknya dikembalikan ke jalur hukum, seperti layaknya gugatan yang telah disampaikan kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ke Mahkamah Konstitusi (MK).

"Itu sebuah langkah yang demokratis dan sekarang tentu perlu adanya kesabaran semua pihak untuk memberikan kesempatan kepada MK untuk bekerja dengan sebaik-baiknya," tuturnya.

Haedar menambahkan, Muhammadiyah juga sangat berharap agar sebelum Idul Fitri ini pertemuan antara capres 02, Prabowo Subianto dan capres petahana, Jokowi dapat dilangsungkan. Hal ini guna meredam ketegangan politik yang ada di masyarakat.
"Tentu pertemuan itu tidak harus mengambil suatu keputusan yang bersifat politik, tetapi bertemu saja itu sudah baik," ujar Haedar.

"Saya yakin dengan bertemu saja rakyat sudah sangat tenang. Apalagi sampai ada kesepakatan politik, atau mungkin tausiyah politik bersama yang dibuat oleh kedua belah pihak bersatu, saya kira itu akan dapat menjadi solusi untuk bangsa ini guna merajut kembali kebersamaan, persatuan, dan melihat Indonesia sebagai kepentingan bersama," dia mengakhiri.

Puasa TSM

Sementara, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengajak umat Muslim untuk mempraktekkan nilai puasa yang terstruktur, sistematis, dan masif (TSM).

Haedar pun mengajak seluruh umat Muslim untuk merenungkan kembali semua ibadah puasa yang pernah dijalani.

"Puluhan kali kita puasa, apakah kita sudah betul-betul bertakwa," tukas Haedar di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Selasa (28/5/2019).

Dia menyatakan, puasa juga mengajarkan seseorang menjadi lebih rajin infaq dan sedekah. Dua amalan ini dinilainya juga tidak mudah dilakukan, apalagi bila kondisi seseorang sedang susah.

Selain itu, pelajaran puasa lainnya adalah menahan marah.

"Menahan marah itu juga engga gampang. Lebih-lebih saat ada pemicu. Selalu orang ada argumentasi, ada legitimasi, bahkan dalil ketika marah. Marah tetap marah saja," tuturnya.

Menurutnya, agama dan puasa sangat berperan dalam mengendalikan amarah seseorang.

Haedar pun menyayangkan adanya orang yang justru merasa bangga karena sifat pemarahnya.
Sebab, amarah tidak sebaiknya diumbar. Justru, memberikan maaf adalah hal yang lebih baik untuk dilakukan.

Haedar menjelaskan, sebaiknya maaf juga diberikan sebelum seseorang terlebih dulu meminta maaf.

"Hal ini simple (sebenarnya dalam) mempraktekkan puasa, jadi kalau puasa jadi gerakan yang TSM, kita praktekan saja dalam puasa, luar biasa nanti hasilnya. Puasa TSM itu membangun peradaban," dia mengakhiri. (Sumber)

No comments

Powered by Blogger.