Peran Tokoh Agama Redam Konflik dalam Masyarakat

Lampung Timur - Kalangan tokoh agama dituntut memainkan peran utama untuk meredam konflik sosial yang kerap terjadi di tengah masyarakat, kata Fahimul Fuad, Wakil Khatib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Lampung Timur.

"Tokoh agama memainkan peran kunci mencegah konflik sosial di tengah masyarakat. Konflik sosial sesungguhnya adalah bagian dari kehidupan masyarakat, tapi ada peran kunci seorang tokoh agama di tengah masyarakat yang bisa dimainkan guna mencegah terjadi konflik sosial," ujar dia, dalam sebuah diskusi publik di Lampung Timur.

Diskusi tersebut mengusung tema "Peran Serta Masyarakat Dalam Penanganan dan Pencegahan Konflik Sosial" yang diselenggarakan Himpunan Pemuda Jabung (HPJ), di Pondok Pesantren Al-Ittihad Desa Betengsari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur, Minggu.

Diskusi itu digelar HPJ bersama Lembaga Solidaritas Anak Bangsa Lampung, dengan menghadirkan empat narasumber, yakni Kepala Satuan Bimbingan Masyarakat (Kasat Bimmas) Polres Lampung Timur AKP Zulkarnain mewakili Kapolres Lampung Timur AKBP Harseno, Perwira Penghubung Kodim 0411 Lampung Tengah Mayor Kav Joko Subroto mewakili Komandan Kodim 0411 Lampung Tengah Letkol Jajang Kurniawan.

Kemudian Dosen Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Lampung sekaligus Wakil Khatib PC NU Lampung Timur Fahimul Fuad, dan Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Pemkab Lampung Timur Amriadi.

Diskusi digelar untuk mengungkap akar permasalahan munculnya konflik sosial yang kerap terjadi di wilayah Lampung, sekaligus mencari solusi serta pencegahannya.

Menurut Fahimul Fuad, para tokoh agama selama ini telah dijadikan ikon bagi masyarakat, karena tokoh agama menghadirkan nilai-nilai kesejukan dan kedamaian di tengah masyarakat.

"Peran tokoh agama adalah peran nyata dan ikon masyarakat karena kehadiran sosok tokoh agama dapat memberikan nuansa kesejukan di masyarakat, sehingga masyarakat punya daya rujuk kepada tokoh agama tersebut," ujarnya.

Karena itu, sedapat mungkin para tokoh agama menghindari terlibat dalam konflik kepentingan.

Tokoh agama juga diminta mengajarkan kepada masyarakat dengan mengangkat nilai-nilai kemanusian.

"Tokoh agama diharapkan memperkuat rasa toleransi antaragama, budaya, suku, itulah kemudian yang memperkuat elemen bangsa," ujarnya.

Sedangkan Amriadi, Kepala Kesbangpol Kabupaten Lampung Timur membedah mengenai konflik komunal atau konflik antarkelompok dengan kelompok lainnya baik itu antarsuku, ras, agama dan lainnya.

Ia menyoroti secara umum konflik sosial yang kerap terjadi di Provinsi Lampung.

Menurut dia, konflik sosial di tengah masyarakat muncul karena adanya kepentingan kelompok dan permasalahan agraria, namun di Provinsi Lampung ini lebih banyak buah dari buntut persoalan kriminal.

Ia berpendapat munculnya kriminalitas itu mesti ditanggulangi dari sisi ekonomi oleh pemerintah, dan harus ditemukan akar permasalahanya.

"Apakah munculnya kriminalitas ini karena banyak pengangguran atau penggunaan narkoba, kalau masalahnya karena banyak pengangguran maka pemerintah wajib menyediakan lapangan pekerjaan," katanya.

Senada dengan Kepala Kesbangpol Lampung Timur, Kasat Bimmas Polres Lampung Timur AKP Zulkarnain mengatakan, munculnya konflik sosia bisa terjadi dari sebuah permasalahan kecil yang dibesar-besarkan.

"Contoh kasus muncul konflik sosial, seperti amuk massa kepada warga lainnya adalah aksi main hakim sendiri warga kepada pelaku kriminal yang tertangkap hingga mati, hingga muncul aksi balas dendam dari pelaku," katanya.

Ia menyatakan untuk mencegah konflik sosial seperti kasus di atas adalah dengan meminta warga tidak main hakim sendiri kepada para pelaku kriminalitas, tapi menyerahkan proses sepenuhnya kepada penegak hukum.

Mayor Joko Subroto, Perwira Penghubung Kodim 0411 Lampung Tengah menyatakan sesuai dengan Undang Undang TNI No.34 Tahun 2004, pencegahan konflik sosial adalah bagian dari operasi militer nonperang, sehingga TNI berperan mencegah terjadi konflik tersebut.

Menurut dia, persoalan sosial di tengah masyarakaat adalah tanggung jawab semua pihak.

Ia memberikan saran agar pencegahan konflik sosial juga dimulai dari keluarga dengan mengajarkan anak menjauhi perbuatan kriminal dan mengajarkan kepada anak mana perbuatan yang benar dan salah.

"Berikan pemahaman kepada anak bahwa melakukan tindakan kriminal adalah salah," ujarnya.

Ia mengingatkan pentingnya sinergitas antarlembaga dan instansi. "Setiap lembaga perlu melakukan langkah-langkah terpadu yang diperlukan untuk mencegah kriminalitas dan konflik sosial," katanya.

No comments

Powered by Blogger.