Tokoh Tionghoa: Pernyataan Ahok yang Melecehkan Al Quran Membahayakan Warga Tionghoa

JAKARTA - Pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di depan jajaran Muspida dan warga Kepulauan Seribu tentang Al Quran Surah Al Maidah ayat 51 yang katanya membodohi umat Islam sangat disesalkan.

Menurut Koordinator Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KomTak) Lieus Sungkharisma, pernyataan Ahok itu bisa berdampak buruk bagi warga keturunan Tionghoa di Indonesia.

"Ahok sepertinya sengaja memainkan isu SARA itu untuk memancing reaksi umat Islam agar mereka bertindak di luar batas dan melanggar hukum. Saya berharap umat Islam tidak terpancing. Anggap saja Ahok itu orang tolol yang sedang bernasib baik, itu saja," jelasnya kepada redaksi RMOL.

Namun demikian, Lieus sangat khawatir ujaran-ujaran Ahok yang sering mengadu domba dan bermuatan SARA itu, cepat atau lambat akan berdampak pada warga keturunan Tionghoa di Indonesia.

"Bukan mustahil masyarakat yang jengkel akan bersikap pukul rata bahwa semua orang Tionghoa sama seperti Ahok. Dan kalau itu terjadi, siapa yang bisa mencegah peristiwa rasial seperti tahun 1948 di Solo atau 1965 di Medan tidak akan terulang lagi?" ujarnya.

Pernyataan Ahok telah memicu reaksi luas umat Islam bukan hanya warga Jakarta.

"Bukan hanya warga Jakarta yang bereaksi tapi seluruh umat Islam di Indonesia kini bereaksi keras. Kita bisa baca itu di media sosial. Dan kalau reaksi itu berbuntut pada tindakan fisik siapa yang bisa menjamin keselamatan warga keturunan Tionghoa yang sesungguhnya tidak tau apa-apa?" tanya Lieus.

Oleh karena itu, Lieus meminta Ahok untuk segera berhenti main-main dengan isu SARA dan mengeluarkan ujaran-ujaran bodoh dari mulutnya. Sebaliknya, dia juga meminta agar aparat yang berwenang segera mengambil tindakan terhadap kasus ini.

"Ahok itu sudah menimbulkan keresahan dan menistakan agama. Jangan kalau orang kecil yang ngomong langsung ditangkap tapi kalau Ahok dibiarkan saja. Sebab, setahu saya, Ahok bukan baru kali ini melontarkan pernyataan yang bermuatan SARA," beber Lieus.

Lieus juga meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tidak berdiam diri.

"Sebagai kepala negara, Presiden harus mengingatkan Ahok agar tak terus menerus melontarkan ujaran berbau SARA dan mengandung kebencian," kata Lieus.

Sebab, keadaan saat ini sudah sangat mengkhawatirkan.

"Cepat atau lambat jika dibiarkan hal itu akan memicu timbulnya chaos," tegas Lieus.

Sumber: RMOL

No comments

Powered by Blogger.