Kasus KTP-EL akankah Seperti Kasus Papa Minta Saham, Cepat Dilupakan?


Jabungonlone.com - Negeri penuh kegaduhan, dari satu kegaduhan berlalu ke kegaduhan yang lain yang baru dimunculkan, negeri pun lupa akan persoalan bangsa yang sesungguhnya.

Dan saat ini pun sedang ramai, oleh kegaduhan mengenai KTP Elektronik (KPT El) yang menyeret banyak nama besar atau politisi dari elite sejumlah partai di tanah air.

Kasus yang diungkap sejak tahun 2013 oleh mantan bendahara umum partai Demokrat Muhammad Nazaruddin, memang disebutkan melibatkan nama nama besar politisi di tanah air, dari mantan bendahara umum Partai Golkar Setyo Novanto hingga mantan Bendahara Umum PDIP yaitu Olly Dondokambey, namun semua yang telah diungkap pada 2013 tersebut akhirnya raib entah kemana.

Dan kini, tiba tiba kasus KTP-El tersebut muncul kembali ditengah tengah kegaduhan soal Pilgub DKI, menariknya ternyata kasus KTP-Elektronik tersebut langsung menyita perhatian dan mampu mengalihkan pola perhatian publik atas kegaduhan selama ini akibat salah satu calon Gubernur DKI yang sedang menjadi terdakwa kasus penistaan agama.

Kasus KTP-Elektronik sudah diungkap sejak tahun 2013, dan nama nama besar tersebut pun seolah tak terpengaruhi oleh kasus tersebut, bahkan mampu terpilih kembali pada pemilihan legislatif tahun 2014.

Kini kasus tersebut kembali dilempar ke arena oleh KPK, ditengah begitu banyak persoalan politis dan politik saling sandera terjadi.

Apakah KPK menjadi lembaga yang memilih posisi sebagai pelempar umpan balik, demi mengalih perhatian publik dengan menjual nama nama besar dibalik kasus KTP-Elektronik tersebut, namun ujung akhirnya tak lebih seperti nasib kasus papa minta saham.

Dilupakan dengan berhasilnya negosiasasi diatas meja kembali, bukan semata soal materi tetapi soal dukungan dan kesepakatan politik kedepannya.

Akhirnya semua menjadi sebuah ironi, aksi pemberantasan korupsi menjadi ‘jualan’ sebuah ancaman politik semata demi aksi saling sandera untuk mendapatkan kesepakatan kepentingan politik kedepannya.

Mirip seperti kasus Papa minta saham yang akhirnya tidak jelas entah kemana, dan juga mudah dilupakan dari ingatan publik negeri ini yang merindukan aksi pemberantasan korupsi tanpa tebang pilih dan tidak mengikuti pesanan politik.(Nn)

No comments

Powered by Blogger.