Sinergi NU-PKB dan AHOK, Pengulangan Kongsi Idologi Yang Tumbang




Jabungonline.com - Teringat ketika kongsi NASAKOM digagas oleh Soekarno, NU menjadi pilar penyokong paling penting dan berdiri paling depan berhadapan dengan Islam Kepala Batu (Masyumi-Muhamadiyah) yang kemudian terancam dibubarkan oleh rezim penguasa saat itu. Kongsi ideologi Nasional, Agama dan Komunis terbukti ampuh menabalkan sebagai penguasa meski kemudian pecah dalam beberapa tahun kemudian akibat pengkhianatan yang dilakukan oleh PKI tahun 1965.

Pada awalnya NASAKOM lebih bersifat konseptual, sebagai bentuk mainstream pengembaraan intelektual Soekarno yang memang dikenal cerdik dan kaya gagasan, NASAKOM salah satunya. Yang mencoba untuk meminimalisir konflik dan persaingan tiga ideologi besar yang tumbuh dan berkembang di Indoenesia. Soekarno menulis, Partay Boedi Oetomo, National Indirsche Partiy, Partay Sarikat Islam, Perserikatan Minahasa, Patai Komunis Indoenesia dan masih banyak partai-partai lainnya …. itu masing-masing punya roch nasionalisme, roch Islamisme dan roch Marxisme adanya. Dapatkah roch-roch ini dalam politik jajahan bekerja bersama-sama menjadi satu roch yang besar, roch persatuan ? Roch Persatuan yang akan membawa kita ke-lapang ke-besaran ?

Itulah ideologi-ideologi yang dianut oleh sebagian besar pergerakan politik yang hidup dan berkembang di negeri kita, maka kita bisa melihat bahwa semua ideologi kepentingan bermuara pada tiga ideologi besar itu beserta varian yang menyertainya. Pun dengan dinamika Pilgub DKI Jakarta lusa kemarin nampak jelas kongsi ideologi kembali mengemuka meski kemudian mendapat perlawanan keras. Tetapi aroma petarungan ideologi begitu kental terlihat, dan endingnya pun tetap sama: “Islam kepala batu” ( sebutan kelompok nasakom pada Masyumi dan Muhammadiyah saat itu) yang tetap mendapat kepercayaan rakyat.

Kasat mata kita melihat jelas kemana arah dukungan politik elite NU: PKB dan PPP diberikan meski beberapa mencoba bermain di dua kaki tapi tetap saja akan terlihat dengan jelas kemana berpihak. Artinya aroma nasionalis komunis dan agama diperankan utuh dalam pilgub Jakarta Kemaren meski dengan bentuk dan format terbarukan. Dan sinergi ini menjadi bahan bincang menarik sekaligus test case peta politik menuju 2019. Ideologi pemenang dan kalah pasti berbenah dan konstelasi petarungan ideologi kian memanas. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa perang ideologi berakhir telah patah. (sp/red)

Oleh : Nurbani Yusuf, Komunitas Padhang Makhsyar, Ketua PDM Kota Wisata Batu

Penulis Zahra Adonara/sangpencerah.id

No comments

Powered by Blogger.