PARADE TAUHID di Solo: Mencari Pemimpin Bertauhid?

Sabtu (16/5/2015 - 27 Rajab 1436) puluhan ribu Umat Islam di Solo mengadakan parade tauhid yang spektakuler, megah dan kondusif. Mungkin dalam kurun waktu 1 dasawarsa terakhir, hari ini lah pawai massal yang sungguh besar dari kalangan ummat islam dengan suasana yang sangat menyejukkan tentang peringatan Isra Mikraj dan dalam momentum menyambut bulan suci Ramadhan.

Parade tauhid juga mampu menunjukkan kepada publik bahwa islam sesungguhnya adalah sejuk, ia hadir tanpa memberi kesan yang menyeramkan seperti propaganda yang ingin menyamakan islam sama dengan teroris. Hari ini puluhan ribu ummat Islam hadir dengan kegembiraannya dan tetap dengan suasana toleransi sejuk.

Yang mengharukan, dalam event parade tauhid ini, di penghujung acara tiba-tiba panitia mengumumkan kedatangan rombongan 3 kereta dari keraton Surakarta yang dipimpin oleh Gusti Puger, (padahal beliau tidak diundang) kemudian panitia mempersilahkan beliau untuk berorasi selama 1 menit. Dalam orasinya Gusti Puger menegakkan kalimat tauhid, meminta dukungan kepada seluruh muslimin untuk bisa mengembalikan keraton Surakarta kepada tauhid dan bebas dari segala kesyirikan.

Semakin menambah luar biasa acara parade tauhid ini adalah kebersamaan dan persatuan ummat islam yang menyatu dalam satu kalimat tauhid, hal ini bisa dilihat lautan massa bersatu berjalan seiring dengan beragam identitas ormas masing masing dan mereka di persatukan oleh kesejatian Tauhid dan secara simbol spanduk putih bertuliskan Tauhid yang dibentangkan oleh peserta parade ini yang sungguh sangat panjang, semakin menunjukkan sebuah nilai bahwa persatuan ummat ini terjadi saat tauhid yang menjadi panduan dalam segenap aktivitas dalam kehidupan ini.

Bahwa yang dimaksud dengan segenap aktivitas kehidupan adalah artinya Islam sesungguhnya mengatur mulai dari hal yang terkecil misal Islam mengatur mulai dari masuk ke toilet sampai Islam masuk ke istana negara (baca politik). Saat Islam mampu kompak untuk menyambut Ramadhan dan melakukan konsolidasi untuk menggerakkan ummat, seperti hadirnya parade tauhid ini, tapi mengapa ummat islam sangat kesulitan jika dihadapkan pada menghadirkan pemimpin yang bertauhid?

Dalam catatan saya, setidaknya dalam level nasional pemimpin Islam baru mampu menyatukan visi dalam visi kenegaraan dan visi pemerintahaan dengan terlibat dalam mekanisme politik baru dua kali. Pertama saat aspirasi politik ummat islam dalam pemilu pertama dihelat dengan membentuk wadah politik yang bernama Masyumi.

Masyumi ini adalah kesepakatan pemimpin islam saat orde lama yang pada akhirnya menempatkan islam menjadi kekuatan inti saat itu dan sampai detik ini perolehan suara masyumi tempo dulu belum bisa ada yang mengalahkan oleh partai partai peserta pemilu saat ini walalupun suara partai politik islam dikumpulkan tetap belum mampu dikalahkan. Inilah yang saya maksud dahsyatnya jika pemimpin islam bersatu dalam visi mencari pemimpin yang bertauhid. Artinya Masyumi menjadi kekuatan politik dan mampu secara langsung menjadi tulang punggung bernegara. 

Momentum kedua adalah saat pemimpin islam secara kompak mengusung KH.Abdurrahman Wahid atau Gusdur menjadi presiden. Tentu kita masih ingat bagaimana poros tengah yang digagas oleh Amien Rais mampu mengalahkan kebuntuan politik nasional saat memilih pemimpin nasional. Poros tengah adalah cerita tentang pengalaman keikhlasan dari elit pemimpin islam, bagaimana Amien Rais tokoh Muhamadiyah sekaligus pendiri PAN yang akhirnya mengusulkan GUS DUR jadi alternatif Presiden, dan juga bagaimana Yusril Ihza Mahendra Pendiri PBB yang ikhlas dengan mengundurkan diri jadi calon presiden agar suara partai islam bersatu mendukung GUSDUR menjadi presiden. Hasilnya Poros Tengah yang hanya diiisi oleh partai kecil dan menengah mampu mengantarkan Gusdur menjadi presiden.

Inilah dahsyatnya saat para pemimpin Islam menyatukan visinya, bahwa Islam sejatinya harus bersatu tak hanya tentang soal penghayatan menghadapi bulan bulan suci ramadhan atau hari hari besar islam lainnya, tapi perlu juga terus bersatu untuk menjadi tulang punggung negara ini dengan menyatukan visi kenegaraannya dan visi peradabannya.

Apalagi momentum pilkada serentak yakni mekanisme lahirnya pemimpin atau kepala daerah yang akan diselenggarakan akhir tahun ini di seluruh Indonesia nampaknya harus menjadi momentum bersatunya pemimpin Islam dalam satu visi besar yakni menghadirkan PEMIMPIN BERTAUHID. 

Jadi Pemimpin Bertauhid adalah pemimpin yang benar benar menjaga amanahnya, pemimpin yang membawa rakyatnya sejahtera, pemimpin yang menghadirkan solusi pekerjaan dengan halal dan bermartabat bukan menjerumuskan rakyatnya dengan dengan melegalkan prostitusi dan minuman keras, pemimpin yang memberikan contoh teladan sejati bukan sekedar pencitraan, dan pemimpin yang orientasinya adalah menjadikan kekuasaaanya adalah sarana untuk membawa rakyatnya pada suasana religiusitas menuju Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sungguh saya bermimpi parade tauhid di Solo ini tak berhenti disini saja, pawai dan setelah itu selesai, tapi ini adalah sesungguhnya sebagai awalan untuk mewujudkan persatuan ummat menuju sebuah perwujudan visi besar MENCARI PEMIMPIN BERTAUHID.

Dan Solo nampaknya yang harus menjadi pionir untuk mewujudkan visi besar ini!

Muhammad Ikhlas Thamrin
Penggagas Gerakan Indonesia Amanah

No comments

Powered by Blogger.