Ustadz Supardiyo, Muasis Dakwah PKS Merauke Meninggal Dunia Saat Mau MABIT

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un... Ustadz Supardiyo, salah seorang muasis dakwah di Merauke telah kembali ke haribaan-Nya karena kecelakaan tunggal saat menuju tempat mabit dan mengalami pendarahan hebat di otak. Sempat dirawat semalam di rumah sakit, mantan aleg Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Merauke itu menghembuskan nafas terakhirnya pada Senin (11/5/2015).

Almarhum ustadz Supardiyo selama ini dikenal sebagai sosok guru yang bersahaja, penuh ikhlas dan kesederhanaan dalam kehidupannya, namun selalu terlihat tegas dan berwibawa di mimbar-mimbar masjid.

Sewaktu menjadi Anggota DPRD Merauke, beberapa kali namanya masuk dalam berita di media nasional. Salah satunya dalam perjuangannya untuk membuat Raperda Anti Miras. (KOMPAS:Masyarakat Desak Perda Antimiras). Juga kegigihannya memberantas perjudian (Diduga Ada Indikasi Perjudian, DPRD Minta Pasar Malam Ditutup). 

Untuk mengenang guru yang selalu melekat logo PKS di baju kokonya itu, berikut ini kami hadirkan tulisan seorang muridnya yang pernah merasakan bimbingannya, Muhammad Firdaus Abduh. 

***

Bismillaahirrahmaanirrahiim……

Hari ini kembali kita ditinggalkan oleh seorang Guru yang ikhlas dan seorang Tokoh Masyarakat yang bersahaja. Seorang politikus yang amanah dan tauladan hidup yang gigih dan inspiratif. Ya, hari ini kita ditinggalkan oleh seorang perintis partai dakwah PKS di ujung paling timur Indonesia, di Kabupaten Merauke

Ustad Supardiyo Rahimakumullah, dikenal sebagai seorang pemuda yang tegas penuh karakter dalam ceramah-ceramahnya sejak awal keberadaannya di kabupaten Merauke. Namun didalam aktivitas kesehariannya ia dikenal sosok yang Ramah dan lembut dalam pergaulan dengan masyarakat sekitarnya. Selalu tampak sederhana dalam penampilan walau telah berstatus anggota dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) kab. Merauke dari Partai Keadilan Sejahterah (PKS). Sosok yang sejak mudanya sudah aktif dalam partai dakwah tersebut bahkan sejak masih Partai Keadilan (PK), adalah seorang Ustad yang juga fasih dalam berbahasa Inggris dan Arab.

Sejak awal keberadaannya di kota merauke, perhatian dan aktivitasnya lebih dekat pada dunia pendidikan. Selain pernah mengajar di SMP Yapis Merauke sebagai Guru Bahasa Inggris, Beliau juga aktif mengajar bahasa arab dan bacaan qur’an pada anak-anak Muslim di sekitar rumahnya. Selain aktif di dunia pendidikan, dan sebelum menjadi Anggota Legislatif, beliau adalah seorang pedagang sayur yang menjajakkan sendiri dagangan sayurnya dari hasil kebun yang juga diolah olehnya sendiri. Dari profesi dagangnya itulah dan selain dari aktifitas ceramahnya yang sering diundang di mimbar-mimbar masjid kota merauke dan daerah lokasi (daerah transmigrasi), beliau menjadi dikenal oleh banyak masyarakat kota Merauke, hingga mendapat amanah dan kepercayaan dari masyarakat untuk duduk di DPRD kab. Merauke.

Kebiasaan hidup yang serba sederhana tidak berubah walau sdh berstatus anggota dewan yang terhormat, terlihat dari bilik rumahnya yang masih tetap terbuat dari kayu dan papan-papan dikelilingi kebun-kebun sayur dan buah di sekitar halamannya, dengan kendaraan motor yang tetap beroda dua. Setahu penulis beliau adalah sosok pemurah, dan pemberi hadiah yang tak terduga. Penulis pernah merasakan langsung kebiasaannya itu. Spontan dalam sikap pemberinya itu, menjadi kesan tersendiri penulis pada sosok almarhum. Ya, Ustad yang tidak diluluskan dari sekolah tingginya di solo hanya karena prinsip kuat yang dimilikinya dan tidak sesuai dengan kampusnya ini, kini telah kembali pada Rabbnya pada senin siang 11 Mei, dengan sebelumnya sempat dirawat dan dioperasi akibat pendarahan di otaknya disebabkan kecelakaan tunggal roda dua semalam sebelumnya saat menuju ke agenda MABIT di kabupaten Kurik yang berjarak kurang lebih seratus kilometer dari kota merauke. Beliau Meninggalkan seorang istri dan enam orang anak yang masih belia-belia.

Masih sangat banyak tentu yang dapat dituliskan mengenai perjalanan hidup beliau dan lika-liku dakwah yang dihadapi di ujung timur Indonesia, namun segores tulisan yang ini semoga mampu mewakili. Sedikitnya gambaran penulis terhadap almarhum, akibat jarangnya interaksi langsung penulis dengan almarhum dan keberadaan daerah yang sudah tidak sama sejak 2008. Namun banyak kesan dan pelajaran berharga yang didapat pada sedikitnya pertemuan dan singkatnya usia beliau. Betapa rekan-rekan se-aktifis dimerauke dan tentu masyarakat merauke itu sendiri merasa kehilangan sosok yang sulit dan bahkan belum dapat tergantikan ini. Kepergian beliau tentu meninggalkan lubang dakwah yang besar di kabupaten Merauke. Selamat jalan Ustad, selamat jalan Guru, tauladan seorang pejuang dakwah telah kau perlihatkan pada kami, semoga Allah SWT menerima semua amal kebaikanmu, menempatkanmu didalam SurgaNya mendapat ridha dan maghfirah Nya.

Surabaya, 11 Mei 2015 

M. Firdaus Abduh
Mantan Murid Iqra Ustad Supardiyo 

*foto: Almarhum Ustadz Supardiyo saat dirawat di ruang ICU RSUD Merauke

No comments

Powered by Blogger.