Makna "Imanan" Wa "Ihtisaban" Dalam Menjalani Ibadah Puasa

Oleh Ustadz Syarif Ja'far Baraja* 

1. Bukankah kita ingin ibadah puasa Ramadhan yang berkualitas?

2. Bukankah kita ingin agar ibadah kita pada Ramadhan ini berbuah ridho ilahi?

3. Kita masih membahas faktor-faktor penting yang menentukan kualitas puasa kita.

4. Hadits: Siapa yang berpuasa Ramadhan, karena iman & mencari pahala Allah, maka dosanya akan diampuni. 


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760). 

5. Di sini Nabi ﷺ menyoroti tentang hal penting dalam berpuasa Ramadhan, yaitu iman dan mencari pahala.

6. Tapi pada kenyataannya, syarat iman dan mencari pahala berlaku pada semua amalan ibadah.

7. Syarat ibadah diterima adalah dikerjakan dengan ikhlas, yaitu mengharap pahala Allah semata.

8. Tapi pada ibadah puasa Ramadhan, ada penegasan dari Nabi ﷺ tentang syarat iman dan mencari pahala.

9. Sekedar melakukan puasa saja tidak akan menghapuskan dosa kita. Ada syarat tambahan.

10. Syarat ini seolah memberikan syarat tambahan pada dua syarat ibadah, yaitu ikhlas dan mengikuti Nabi.

11. Apa penjelasan hadits syarat iman dan mencari pahala di atas? Kita simak penjelasan dari Fathul Bari.

12. Fathul Bari adalah kitab penjelasan Shahih Bukhari, ditulis oleh Ibnu Hajar Al Asqalani.

13. Ibnu Hajar menjelaskan: Yang dimaksud dengan iman adalah meyakini kewajiban puasa.

14. Artinya dia menjalankan puasa Ramadhan dengan niat melaksanakan kewajiban (sebagai seorang muslim –red).

15. Niat ini harus selalu ada. Bukan sekedar puasa tanpa niat menjalankan kewajiban.

16. Ibnu Hajar menjelaskan makna ihtisaban: yaitu mengharapkan pahala Allah dengan puasanya.

17. Jangan sampai kita berpuasa Ramadhan tanpa menghadirkan pengharapan pahala dalam hati.

18. Banyak manusia berpuasa, tapi mereka tidak menghadirkan niat karena Allah dan mencari pahala.

19. Akhirnya puasa mereka tidak menghapus dosa. Mereka kehilangan kesempatan berharga.

20. Lalu Ibnu Hajar menukil dari Al Khattabi, yang menjelaskan lagi tentang makna ihtisaban.

21. Al Khattabi mengatakan: yaitu dengan tekad, dia berpuasa dalam kondisi semangat, puasa dengan hati gembira.

22. Tidak merasa berat dengan puasanya, tidak mengeluh karena waktu puasa yang panjang.

23. Tidak mengeluh di sini juga bisa dipahami sebagai tidak mengharap hari2 puasa cepat berlalu.

24. Seolah Al Khattabi menjelaskan tanda2 orang yang berpuasa demi mengharap pahala Allah.

25. Tandanya adalah dia menjalani puasa dengan gembira. Tidak mengeluh dan bersungut-sungut.

26. Dia gembira menyambut pahala puasa yang besar. Maka apa yang harus dikeluhkan?

27. Dia tidak mengeluhkan hari2 puasa yang panjang. Dia tidak ingin hari2 puasa cepat berlalu.

28. Bagaimana dengan kita? Mari kita lihat diri kita sendiri. Mari kita tengok sejenak hati kita.

29. Mari kita ingat bagaimana kita menjalani puasa kita pada tahun-tahun terdahulu.

30. Jika ada kesalahan, kita mari perbaiki. Dan jangan lupa berdoa agar puasa diterima.

31. Mari kita hadirkan gembira dan semangat mencari pahala dalam menyambut ibadah Ramadhan.

*dari twit @syarifbaraja (16/6/2015)

No comments

Powered by Blogger.