Poligami itu haq, Maka jangan ingkari dan rendahkan | M. Fauzil Adhim

Mohammad Fauzil Adhim

Poligami itu haq. Maka jangan ingkari dan rendahkan. Jangan pula jadikan canda konyol yang bertentangan dengan semangat dari syariat Islam. Padahal merendahkan syariat dan mendakwahkannya sebagai keburukan, dapat menjatuhkan seseorang pada tindakan melecehkan agamanya sendiri. Sementara menjadikannya sebagai candaan konyol yang banyak mengeksploitasi soal kesenangan, dapat menjadikan orang merendahkan syariat.

Sekedar catatan, dalam soal syariat yang memang ditetapkan oleh Allah Ta'ala, kita tidak memiliki hak untuk setuju atau tidak setuju. Jika seseorang menjalankan, itu bukanlah karena setuju atau sekedar sesuai dengan perasaannya. Begitu pula seseorang yang tidak melakukan pernikahan secara poligami, juga sama sekali bukan karena menolak syariat.

Apakah tak boleh bercanda tentang poligami? Boleh saja. Tetapi jauhi yang hanya berurusan dengan kesenangan. Jaga kehormatan syariat. Jika obrolan di WA dan canda saat berjumpa hanya menguras soal kesenangan tanpa mengokohkan tanggung-jawab agama, niat dapat dengan mudah bergeser. Begitu pula orientasi dakwah dan berkeluarga juga mudah sekali berubah ke arah yang tak ada bedanya dengan seseorang yang tidak tercelup semangat berislam. Jika ini kerap terjadi dan akhirnya menjadi biasa, jangan kaget jika aktivis dakwah melakukan poligami bukan atas alasan idealisme dakwah atau pun pertimbangan yang benar-benar syar'i. Bahkan sangat mungkin terjadi, yang pertama masih menikah di jalan dakwah. Yang kedua, disebabkan mata tak menghindarinya saat jalan-jalan. Yang pertama, mengajak ke surga dan taat kepada Allah Ta'ala. Yang berikutnya, mengajak menjauh dari komitmen terhadap agama disebabkan yang dipilih pun tidak mengenal dakwah maupun kajian agama. Na'udzubillahi min dzaalik.

Semoga Allah Ta'ala menjaga kita, keluarga kita, keturunan kita dari fitnah syahwat maupun fitnah syubhat.

_
NB: Tulisan ini bukan untuk menganjurkan membabi-buta, bukan pula untuk melarang bergelap mata. Tapi lebih menekankan pada sikap terhadap syariat dan ajakan untuk tidak mempermainkan dalam bentuk candaan konyol.

Istri saya satu. Saya sampaikan ini agar tidak bersibuk mengomentari yang keluar jauh dari konteksnya. Sikap emosional membuat sesuatu yang sederhana pun akan sulit dipahami, sehingga perkataan yang tidak menafikan sesuatu pun dapat dicerna sebagai mengabaikan.

No comments

Powered by Blogger.