China Membawa Dampak Terlalu Besar bagi Ekonomi Indonesia


Pengamat ekonomi Lana Soelistianingsih menilai perekonomian Indonesia sangat tergantung pada Cina sebagai negara dengan konsumen komoditas terbesar di dunia. Jika Perekomian Cina belum membaik, kondisi ekonomi Indonesia pun belum bisa membaik. “Efek Cina itu besar, kalau dia tumbuh bagus komoditas Indonesia membaik,” ujar Lana di kantor Bank Indonesia pada Kamis, 10 Desember 2015.

Lana berujar jika Indonesia masih mengandalkan ekspor sektor sumber daya alam, ketergantungan pada Cina belum bisa dilepaskan. Sebab, saat ini sekitar 70 persen ekspor Indonesia berasal dari sumber daya alam. “Indonesia masih berharap pada Cina,” kata dia.

Harga komoditas Indonesia diperkirakan akan cenderung menurun selama ekonomi Cina belum membaik. Lana mengatakan selain dipengaruhi Cina, harga komoditas Indonesia juga dipengaruhi harga minyak mentah. “Harga minyak mentah turun, pasti yang basisnya energi juga turun seperti batu bara,” ujar Lana.

Lana menilai Indonesia harus memprioritaskan peningkatan daya beli masyarakat. Ekonomi domestik dari sisi konsumen rumah tangga harus diperkuat. Ia menilai daya beli masyarakat adalah kunci dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Uaha tidak akan tumbuh jika daya beli masyarakat rendah. Dampak lain, kata Lana, adalah perlambatan kredit pelaku usaha terhadap bank. Pelaku usaha akan menurunkan volume produksi dan menunda kredit jika permintaan dari masyarakat turun. “Ngapain saya kredit kalau tidak saya pakai,” ujar Lana.

Menurut Lana, kebijakan BI tetap tidak menurunkan suku bunga di level 7,5 persen adalah tepat. Kestabilan akan terjaga sehingga pelaku usaha bisa menentukan biaya produksi di masa depan. “Tunggu sampai triwulan satu perkembangan rupiah stabil tidak, kalo itu stabil pelaku usaha pun bisa menghitung harga biaya produksi,” kata dia.



No comments

Powered by Blogger.