Benarkah Gafatar Meniru Rencana Kuil Suci nya James Warren ‘Jim’ Jones


Ada Kabar yang menyebutkan Gafatar mendapatkan 5 ribu hektare tanah dari kepala suku di Kalimantan. Hibah tanah ini rencananya akan dibangun kota mandiri, di mana seluruh penduduknya bisa menanam dan mencari nafkah tanpa keluar dari sana.

Rencana Gafatar membangun kota mandiri ini membuka kembali lembaran kelam ajaran sesat di dunia. Di mana, seorang yang mengaku nabi membawa seluruh pengikutnya ke sebuah tanah kosong di negeri yang jauh dari keramaian. Dia tega membunuh lebih dari 900 pengikutnya dengan racun sianida karena tak mau kedoknya terbuka begitu saja.

Kisah ini bermula dari seorang pemuda asal Amerika Serikat bernama James Warren Jones. Berbeda dengan ayahnya yang mendukung kelompok Ku Klux Klan, dia memiliki kepedulian terhadap warga Afro Amerika.

Tahun 1955, Jones mendirikan perkumpulan bernama ‘Kuil Rakyat’. Dia juga mendirikan gereja untuk menekankan gerakannya tersebut atas dasar agama.

Sama halnya dengan Gafatar, dia mengedepankan ceramah soal gerakan sosial setiap kali berdiri di atas podium. Tak hanya itu, dia juga memakai cara penyembuhan untuk meyakinkan banyak orang, hal itu membuat pengikutnya semakin banyak.

Jones mengklaim jumlah anggota Kuil Rakyat mencapai 20 ribu orang lebih, namun sumber lain menyebut keanggotaan yang terdaftar hanya sekitar 3.000 orang.

Mengetahui jumlah anggotanya makin banyak, Jones mulai menerapkan sejumlah aturan, seperti melarang pengikutnya merayakan Thanksgiving dan Natal bersama keluarga, kecuali bersama-sama dengan ‘Kuil Rakyat’.

Perjalanan komunitas sesat ini semakin mendekati akhir.

Pada 1961, Jones mengaku diberikan pengelihatan, di mana Chicago bakal dibom nuklir. Kepada pengikutnya, dia menyampaikan kejadian itu juga mengakibatkan Indianapolis ikut hancur, ia juga mengajak mereka untuk mencari tempat baru yang lebih aman. Pilihan itu sempat jatuh ke Brazil, namun niat tersebut dibatalkannya karena kekurangan dana.

Perpindahan itu baru terlaksana pada 1974. Jones memilih kawasan Jonestown sebagai tempat baru untuk komunitas yang didirikannya. Perpindahan ini tak lepas dari tindakan polisi yang terus mengawasi pergerakannya, serta investigasi media yang curiga pergerakan mereka.

Di lokasi baru ini, mereka menyebutnya sebagai ‘Proyek Pertanian Kuil Rakyat’. Sedangkan Jones melihatnya sebagai ‘surga sosialis’ yang melepaskannya dari perhatian media. Bahkan, dia menyebut hidupnya selama di AS berada di bawah tekanan fasis.

Tapi, di sinilah bencana itu dimulai. Jones mulai mempersiapkan keputusan untuk mengakhiri hidupnya dan seluruh pengikutnya. Kondisi itu tak lepas dari tindakan anggota Kongres asal San Fransisco, Leo Ryan yang sedang menginvestigasi aksi kekerasan yang dilakukan komunitas tersebut.

Sesaat setelah tiba, dia menemui Jones dan seluruh anggota Kuil Rakyat. Di sana, beberapa orang menyatakan niatnya untuk kembali ke AS. Rupanya hal itu membuat kesal Jones dan memerintahkan orang kepercayaannya untuk menghabisi Ryan dan seluruh rombongannya.

Serangan dimulai, Ryan dan tiga jurnalis bersama seorang desertir Kuil Rakyat tewas dihujani peluru. Insiden ini sempat terekam oleh salah satu jurnalis yang terbunuh, Bob Brown. Tepat pada sore harinya di 18 November, Jones meminta seluruh anggotanya minum bersama yang sudah dimasukkan racun sianida.

Hasilnya, 918 orang tewas termasuk 276 anak-anak. Angka itu belum termasuk empat orang lainnya yang tewas di markas pusat mereka di Georgetown di malam yang sama. Ironis.

Source: Merdeka

No comments

Powered by Blogger.