The Fed Akan Kembali Menaikkan Suku Bunganya pada Maret 2016


Tetap melemahnya kondisi ekonomi Global dan Tiongkok menyebabkan penurunan atau anjloknya Indeks Saham di Amerika Serikat sebesar satu persen pada perdagangan akhir pekan ini

Indeks Doe Jones Indusrian Average (DJIA) dan S&P 500 mencatat pelemahan terburuk selama lima transaksi selama setahun dalam sejarah. Indeks DJIA ditutup melemah sebesar 167,65 poin atau turun 1,02 persen ke level 16.346,45. Penurunan ini jauh lebih besar dari penguatan yang sempat dibukukan saat pembukaan transaksi pada akhir pekan ini dengan kenaikan sebesar 137 poin. Saham Apple pada perdagagangan akhir pekan ini mencatat kenaikan setengah persen tetapi selama sepekan ini saham Apple anjok sekitar enam persen, atau yang terburuk sejak tahun 2011.

Indeks S&P melemah 21,06 atau anjlok 1,08 persen ke level 1.922,03. Sektor keuangan memimpin pelemahan indeks S&P 500 dan menjadi sektor kedua terburuk selama sepekan transaksi.

Sedangkan, indeks Nasdaq yang berbasis saham-saham teknologi anjlok 45,79 poin atau berkurang 0,98 persen ke level 4.643,63.

Sementara itu, harga minyak mentah anjlok 11 sen dolar atau turun 0,33 persen ke level US$ 33,16 per barel atau turun lebih dari 10 persen selama sepekan menyusul terjadinya kelebihan pasokan minyak.

Di sisi lain, laporan penggajian dari sektor nonpertanian tahun 2015 menunjukkan adanya penciptaan lapanangan kerja baru sebanyak 292.000. Tingkat pengangguran tercatat sebesar lima persen.

Ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) pada tahun 2016 kembali mencuat pada Jumat (8/1) waktu setempat menyusul keluarnya laporan dari sektor nonpertanian ini yang kian memperkuat ekspektasi tersebut. Masih ada dua laporan tenaga kerja dan data lain yang dibutuhkan sebelum Bank Sentral AS diperkirakan akan menaikan suku bunga acuannya pada Maret.

No comments

Powered by Blogger.