Aktivis Koalisi Perempuan Indonesia Batal Demo KPI

Aksi Koalisi Perempuan Indonesia bersama kelompok Homoseks dan Lesbi. Foto:  tomyompyek.blogspot.com

SENIN (29/2) sejumlah Aktivis Gender Koalisi Perempuan Indonesia mengadakan rapat terbatas terkait aksi demonstrasi yang akan dilakukan di depan gedung Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Namun, Lini mengungkapkan aksi yang sedianya dilakukan hari ini (1/3) dibatalkan.

“Demi keamanan dan keselamatan bersama aksi yang harusnya kami lakukan itu dibatalkan besok (hari ini, red). Jadi tidak ada aksi dan itu bukan aksi LGBT tapi sekelompok orang sudah memelintir itu menjadi aksi LGBT makanya kami batalkan,” ujar Lini, Koordinator Koalisi Perempuan Indonesia kepada Islampos di LBH Jakarta, Senin (29/2/2016).

Niat mereka, kata Lini, ingin mengklarifikasi apa maksud KPI mengeluarkan edaran tersebut. “Maksudnya apa, tujuannya apa?”

Lini menilai surat KPI itu merendahkan martabat perempuan.

“Tidak ada urusannya kenapa harus keperempuan-keperempuanan, kewanita-wanitaan sementara. Ya itulah, bahwa kami tidak sepakat dan kami menolak edaran itu,” tukasnya.

Di tempat yang sama Advokat LBH Jakarta, Tiwi mengiyakan pembatalan aksi tersebut saat diminta klarifikasinya. Terkait edaran, Tiwi berpendapat kebijakan tersebut bertentangan dengan konstitusi.

“Kalau ia melarang atau mendiskriminasi orang berdasar kriteria tertentu itu dapat diduga ia melanggar jaminan konstitusi dengan alasan kebebasan berekspresi, melanggar UUD 45 pasal 28 jelas,” ungkapnya.

Menurutnya, lembaga manapun di Indonesia harus tunduk kepada konstitusi, baik lembaga agama, penyiaran, advokasi hukum, ormas, bahkan lembaga jurnalistik harus tunduk. Kepolisian juga tunduk pada konstitusi.

“Ini soal bagaimana tidak mendiskriminasi warga negara Indonesia itu saja,” pungkasnya.

Surat KPI Dinilai Tepat

Sementara itu, Dosen Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor Dr. Adian Husaini menyatakan edaran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang melarang lembaga penyiaran menampilkan tayangan kebanci-bancian sudah tepat.

“Itu perkara buruk, perkara yang jelas dilaknat agama tapi kemudian orang tertawa kan salah,” ujarnya kepada Islampos usai mengisi acara Talk Show Pendidikan Keluarga Islamic Book Fair, di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Senin (29/2/2016).

Penulis buku “LGBT di Indonesia, Perkembangan dan Tantangannya” ini menilai tayang dapat mempengaruhi penonton yang secara tidak sadar akan mewajarkan perilaku kebanci-bancian.

“Karena itu hiburan jadi akhirnya merestui keburukan itu,” imbuhnya.

Jadi, tegasnya, KPI sangat bagus kebijakannya. “Insya Allah kami dengan teman-teman dari berbagai keilmuan, berbagai gerakan profesi orang tua dan guru sudah mengirim dukungan ke KPI.” (Sy)

No comments

Powered by Blogger.