Asal Usul Suku Marga Sekampung Libo (Jabung) [Part-1]


Oleh : Abu Bakar S.Pd., MM. Pd. *

SELAYANG PANDANG

Bangsa Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari kepulauan besar maupun kecil. Seperti Sumatera, Jawa, Sulauwesi, Kalimantan, Irian Jaya, Lombok, Ambon dan lain sebagainya. 

Masing-masing penduduknya memiliki bahasa, kebiasaan atau adat istiadat dan makanan pokok yang berbeda-beda. Hal ini merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Ditiap-tiap daerah propinsi atau kabupaten bahkan ditingkat kecamatan penduduknya memiliki bahasa dan adat istiadat tersendiri, termasuk di kecamatan Jabung ini. Kecamatan Jabung terdapat enam desa berpenduduk Lampung asli/pribumi. Adapun desa tersebut antara lain: Jabung, Negara Batin, Negara Saka, Bungkuk, Gunung Sugih Kecil dan Asahan. Empat diantara enam desa tersebut yaitu Jabung, Negara Batin dan Negara Saka, Bungkuk memiliki bahasa dan adat istiadat yang sama, yang berbeda dengan penduduk Lampung lainnya di Provinsi ini. 

Berdasarkan hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian asal usul warga Lampung Jabung dan Adat Istiadat yang berlaku khususnya di wilayah Sekampung Libo.


ASAL USUL WARGA LAMPUNG 


Asal usul suku Lampung adalah berasal dari Sekala Berak/Brak yang terletak di di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau sekarang didaerah Kabupaten Lampung Barat. Dari Sekala Brak ini suku Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran way atau sungai yaitu way komering, way kanan, way semangka, way seputih, way sekampung dan way tulang bawang beserta anak sungai yang ada. 

Kata Lampung berasal dari kata anjak lambung yang artinya berasal dari ketinggian atau atas. Hal ini dikarenakan moyang suku lampung pertamakali bermukim menempati dataran tinggi sekala brak/berak dilereng gunung pesagi. Dilereng gunung pesagi ini banyak didapati situs seperti batu bekas negeri, pelataran peradilan serta prasasti yang terpahat pada batuan. Disamping itu dirimba-rimba juga ditemukan parit dan jalan bekas jaman hindu dan lain-lain. Berdasarkan tafsiran para ahli purbakala seperti Groenevelt, LC Westernenk dan Helifich dalam menghubungkan bukti-bukti sejarah yang ada memberikan pendapat yang berbeda-beda. Namun secara garis besar didapat benang merah dan kesamaan dan acuan tidak diragukan lagi bahwa sekala brak/berak merupakan cikal bakal suku Lampung yang ada sekarang. 

Daerah sekala brak/berak pada awalnya telah dihuni oleh sekelompok orang suku bangsa Tumi yang menganut paham animisme. Berdasarkan prasasti yang terpahat pada batuan yang bertarikh 966 saka yang terdapat di tenuar Liwa ternyata Bangsa Tumi telah menjadi penghuni wilayah Lampung. Tidak jelas 

angka tahunnya brangkatlah empat putera raja Pagar Ruyung ke sekala brak untuk menyebarkan agama Islam. Keempat putra raja tersebut antara lain : 
  • Umpu Berjalan diway/Indagh Gajah. 
  • Empu Belunguh/Belunguh. 
  • Umpu Nyerupa/Sikin. 
  • Umpu Pernong/Paklang 
Setibanya di sekala brak mereka menemui seorang muli yang bernama indarwati bergelar Si Bulan. Keempat umpu ini mendirikan sebuah perserikatan dengan nama Paksi Pak, artinya empat serangkai atau empat sepakat. Mereka mempengaruhi suku Bangsa Tumi agar memeluk agama Islam. Sejak saat itu berkembanglah agama Islam di Sekala Brak. Sedangkan penduduk yang belum memeluk agama Islam meninggalkan sekala brak menuju Krui, ke Palembang dan sebagian ke pulau Jawa. 

Setelah dataran sekala brak dikuasai oleh empat Umpu dan si Bulan/Indarwati maka selanjutnya daerah ini diperintah oleh empat Umpu dengan nama Paksi Pak. Paksi Pak kemudian membagi daerah sekala brak menjadi empat marga atau kebuaian antara lain : 
  1. Umpu Berjalan Diway memerintah daerah Kembahang dan Balik Bukit dengan Ibu Kota Negeri Puncak, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Berjalan Diway. 
  2. Umpu Belunguh memerintah daerah Belalau dengan Ibu Kota Negeri Kenali, daerah ini dinamakan Paksi Buay Belunguh. 
  3. Umpu Nyerupa memerintah daerah Sukau dengan Ibu Negeri Tapak Siring daerah ini disebut dengan Paksi Buay Nyerupa. 
  4. Umpu Pernong memerintah daerah Batu Brak dengan Ibu Kota Negeri Hanibung, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Pernong. 
Sedangkan Indarwati/si Bulan mendapatkan daerah Cenggiring, namun si Bulan meninggalkan sekala brak menuju daerah arah matahari hidup/terbit dan selanjutnya daerah pembagiannya digabungkan ke daerah Paksi Buay Pernong yang letaknya berdekatan. 

Pembagian Wilayah Marga. 

Untuk menghindari agar tidak terjadi perselisihan antar marga atau kebuaiyan maka oleh Umpu Berjalan Di Way diadakan pembagian wilayah sekitar abat ke VII antara lain : 

Wilayah kekuasaan Paksi Pak Sekala Brak, meliputi 
  1. Way Selalau 
  2. Way Belunguh 
  3. Way Kenali 
  4. Way Kamal 
  5. Way Kandang Besi 
  6. Way Semuong 
  7. Way Sukau 
  8. Way Ranau 
  9. Way Liwa 
  10. Way Krui 
  11. Way Semaka 
  12. Way Tutung 
  13. Way Jelai 
  14. Way Benawang 
  15. Way Ngarip 
  16. Way Wonosobo 
  17. Way Ilahan 
  18. Way Kawor Gading 
  19. Way Haru 
  20. Way Tanjung Kejang 
  21. Way Tanjung Setia 
Wilayah Kekuasaan Melinting meliputi : 
  1. Way Maringgai 
  2. Way Kalianda 
  3. Way Harong 
  4. Way Palas 
  5. Way Jabung 
  6. Way tulung Pasik 
  7. Way Jepara 
  8. Way Kambas 
  9. Way Ketapang 
  10. Way Limau 
  11. Way Badak 
  12. Way Pertiwi 
  13. Way Putih Doh 
  14. Way Kedondong 
  15. Way Bandar Pasir 
  16. Way Punduh 
  17. Way Pidada 
  18. Way Batu Regak 
  19. Way Berak 
  20. Way Kulumbayan 
  21. Way Peniangan 
Wilayah Kekuasaan Pubiyan Telu Suku meliputi : 
  1. Way Pubian 
  2. Way Tebu 
  3. Way Ratai 
  4. Way Seputih 
  5. Way Balau 
  6. Way Penindingan 
  7. Way Semah 
  8. Way Salak Berak 
  9. Way Kupang Teba 
  10. Way Bulok 
  11. Way Latayan 
  12. Way Waya 
  13. Way Samang 
  14. Way Layap 
  15. Way Pengubuan 
  16. Way Sungi Sengok 
  17. Way Peraduan 
  18. Way Batu Betangkup 
  19. Way Selom 
  20. Way Heni 
  21. Way Naningan 
Wilayah Sungkai Bungo Mayang meliputi 
  1. Way Sungkai 
  2. Way Malinai 
  3. Way Tapus 
  4. Way Ulok Buntok 
  5. Way Tapal Badak 
  6. Way Kujau 
  7. Way Surang 
  8. Way Kistang 
  9. Way Raman Gunung 
  10. Way Rantau Tijang 
  11. Way Tulung Selasih 
  12. Way Tulung Biuk 
  13. Way Tulung Maus 
  14. Way Tulung Circah 
  15. Way Tulung Hinduk 
  16. Way Tulung Mengundang 
  17. Way Kubu Hitu 
  18. Way Pengacaran 
  19. Way Cercah 
  20. Way Pematang Hening 
Wilayah Kekuasaan Buai Lima Way Kanan meliputi 
  1. Way Umpu 
  2. Way Besay 
  3. Way Jelabat 
  4. Way Sunsang 
  5. Way Putih Kanan 
  6. Way Pengubuan Kanan 
  7. Way Giham 
  8. Way Petay 
  9. Way Hitam 
  10. Way Dingin 
  11. Way Napalan 
  12. Way Gilas 
  13. Way Bujuk 
  14. Way Tuba 
  15. Way Baru 
  16. Way Tenong 
  17. Way Kistang 
  18. Way Panting Kelikik 
  19. Way Kabau 
  20. Way Kelom 
  21. Way Peti 
Wilayah Kekuasaan Abung Siwo Mego meliputi 
  1. Way Abung 
  2. Way Sesau 
  3. Way Kunyalan 
  4. Way Sabu 
  5. Way Kulur 
  6. Way Kumpa 
  7. Way Bangik 
  8. Way Babak 
  9. Way Tulung Balak 
  10. Way Galing 
  11. Way Cepus 
  12. Way MuaraToping 
  13. Way Terusan Nunyai 
  14. Way Banyu Urip 
  15. Way Candi Sungi 
  16. Way Tulung Pius 
  17. Way Umban 
  18. Way Guring 
Wilayah Kekuasaan Mego Pak Tulang Bawang meliputi : 
  1. Way Rarem 
  2. Way Gedong Aji 
  3. Way Penumangan 
  4. Way Panarangan 
  5. Way Ujung Gunung 
  6. Way Nunyik 
  7. Wy Lebuh Dalom 
  8. Way Gunung Tukang 
  9. Way Pagar Dewa 
  10. Way Rawa Panjang 
  11. Way Rawa Cokor 
  12. Way Tulung Balida 
  13. Way Karta 
  14. Way Gunung Katun 
  15. Way Malai 
  16. Way Krisi 

Keratuan Di lampung. 

Di Lampung terdapat lima keratuan yang mengakui kesultanan Banten sebagai penguasa tertinggi. Kelima keratuan tersebut antara lain : 
  • Keratuan Di Puncak yang dipimpin oleh Indogh Gajah yang berpusat di Canguk Rancak Way Rarem. 
  • Keratuan Balau yang dipimpin oleh Belunguh yang berpusat di Way Mincang. 
  • Keratuan Pugung yang dipimpin oleh Ratu Pugung yang berkuasa di Labuhan Maringgai dan Jabung. 
  • Keratuan Darah Putih yang dipimpin oleh Ratu Darah Putih yang berpusat di Kuripan Kalianda. 
(sumber : Buku Kamus bahasa Lampung-Indonesa,Abdullah S.Pd dkk,CV Setiaji,cetakan 1 th 2008) 

Bukti-Bukti bahwa wilayah Lampung dibawah kekuasaan Kesultanan Banten antara lain : 

  • Banyak masyarakat Lampung yang berasal dari Banten. 
  • Gelar adat seperti Punggawa,Pangeran Temenggung, Ngabihi, Raden,Dalom, minak dan atribut-atributnya seperti payung sabuk, tumbak, punduk, kawai dadar, merupakan pengaruh dari Banten. 
  • Ditemukannya perjanjian antara Lampung dan Banten berbentuk piagam terbuat dari tembaga di rumah kerabat Raden Intan di Kuripan Lampung Selatan. 
  • Piagam Bojong (buk dalung)yang ditulis dengan huruf Arab berbahasa Banten berukuran panjang 37 cm lebar 24,5 cm dan tebal 5,5mm. Piagam ini ditemukan di desa Bojong kecamatan Sekampung Udik Lampung Timur, yang berangka tahun 1102 hijriyah atau tahun 1691 masehi dalam masa pemerintahan Abdul Mahasin Muhammad Zainal Abidin tahun 1690-1733. 
  • Piagam Sukau yang ditemukan di daerah Sukau Balik Bukit Lampung Barat. Piagam ini ditulis dengan aksara Lampung dan berbahasa Banten, berangka tahun 1104 H atau tahun 1694 M. 
  • Peninggalan sejarah berbentuk lawang kuri di desa Gedong Wani kecamatan Marga Tiga Lampung Timur. 
  • Sampai sekarang masih terdapat perkampungan orang Lampung di daerah Cikoneng Banten. 
Beberapa pendapat mengenai asal usul (nama) ulun Lampung. 
  • Catatan musafir Tiongkok yang bernama I Tsing pada abat VII pernah mengunjungi Indonesia kemudian diperkuat yang dikemukan oleh Hilaman Hadikusuma bahwa Lampung itu berasal dari kata To lang po hwang. To berarti orang dalam bahasa Toraja sedangkan Lang-p0-hwang kepanjangan dari Lampung. Jadi To Lang-po-hwang berarti orang Lampung. 
  • Dr. R Boesma dalam bukunya De Lampungsche Dikstricten (1916) menyebutkan Tuhan menurunkan orang pertama di bumi bernama Sang Dewa Sanembahan dan Widodari Simuhun. Mereka inilah yang menurunkan Si Jawa (Ratu Majapahit), Si Pasundayang (Ratu Pajajaran) dan Si Lampung (Ratu Balau). Dari kata inilah nama Lampung berasal. 
  • Legenda daerah Tapanuli menyeritakan bahwa pada zaman dahulu meletus gunung berapi yang menimbulkan Danau Toba. Ketika gunung itu meletus ada empat orang bersaudara berusaha menyelamatkan diri. Salah satu dari empat saudara itu bernama Ompung Silamponga terdampar di Krui Lampung Barat. Ompung Silamponga kemudian naik ke dataran tinggi belalau atau Sekala Brak. Dari atas bukit itu terhampar pemandangan luas dan menawan seperti daerah yang terapung . Dengan perasaan kagum maka Ompung Silaponga berteriak dengan keras meneriakan kata Lappung (berasal dari bahasa Tapanuli kuno yang berarti terapung atau luas). Dari kata ini kata Lampung berasal, ada juga yang berpendapat kata Lampung beasal dari nama Ompung Silaponga. 
  • Hasil penelitian siswa sekolah Thawalib Padang Panjang tahun 1938 tentang asal usul ulun Lampung. Dalam cerita Cindur Mato yang berhubungan juga dengan cerita rakyat Lampung disebutkan bahwa suatu ketika Pagaruyung diserang musuh dari India. Penduduk mengalami kekalahan. Kemudian mereka melarikan diri, ada yang melalui sungai rokan, sebagian melalui dan terdampar di hulu sungai ketaun di Bengkulu lalu menurunkan suku Rejang. Yang lari kearah utara menurunkan suku Batak, dan yang terdampar di Gowa Sulawesi Selatan menurunkan suku Bugis. Sedangkan yang terdampar di Krui, lalu menyebar di dataran tinggi Sekala brak Lampung Barat. Mereka inilah yang menurunkan suku Lampung. 
Bahasa Lampung. 

Bahasa Lampung yang dipakai dalam kehidupan sehari-harinya digolongkan menjadi dua dialek yaitu : 
  1. Dialek “nyo” atau dialek O 
  2. Dialek “api” atau dialek A 
Dialek O atau dialek nyo meliputi Abung, Sungkai,Tulang Bawang Atas, Melinting, Kota Bumi, menggala, Sedangkan dialek api atau dialek A meliputi daerah Krui, Way Lima, Kota Agung, Talang Padang, Pubian dan Kalianda. Daerah Jabung khususnya Jabung, Negara Batin, Negara Saka dan Bungkuk menurut penilaian penulis dari bahasa yang digunakan sehari-hari banyak menggunakan dialek Api/O, walaupun dalam pengelompokan saat ini Jabung termasuk dialek O/nyo. Kenyataannya dalam kehidupan sehari hari empat desa tersebut menggunakan dialek api/o, yang seharusnya dialek api atau dialek A dan dialek O atau nyo.  (sumber : Buku Selayang Pandang Lampung, Giarto, Intan Pariwara,2008) 

Adat Istiadat Lampung. 

Secara umum adat masyarakat Lampung terbagi dalam dua yaitu masyarakat adat Lampung Pepadun dan masyarakat adat Lampung sebatin. 

Masyarakat adat Lampung Pepadun. 

Masyarakat adat Lampung Pepadun meliputi : 
  1. Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uan, Anak Tuha, Kunang, Beliuk, Selagai dan Nyerupa). Masyarakat Abung ini meliputi wilayah adat Kota Bumi, Seputih Timur, Sukadana, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi. 
  2. Mego Pak Tulang Bawang (Puyang Umpu,Puyang Bulan,Puyang Aji, dan Puyang Tegamoan). Masyarakat Tulang Bawang meliputi empat wilayah adat antara lain Menggala, Mesuji, Panaragan dan Wiralaga. 
  3. Pubian telu suku (Minak Patih Tuha atau suku masyarakat, Minak Demang Lanca atau suku Tambapupus, Minak Handak Ulu atau suku bukujadi). Masyarakat Pubian meliputi Tanjungkarang, Balau, Bukujadi,Tegineneng, Seputih Barat, Pada Ratu, Gedungtatan dan Pugung. 
  4. Sungkay Way Kanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan raja tijang jungur. Masyarakat Sungkay Way Kanan meliputi Negeri Besar, Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga dan Kasui. 
Masyarakat Lampung Saibatin. 

Masyarakat Lampung Saibatin meliputi wilayah adat Kalianda,Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semangka, Belalau, Liwa dan Ranau. Saibatin yang juga dinamai Peminggir karena mereka berada dipinggir pantai barat dan selatan, yang terdiri dari Peminggir Paksi Pak yaitu Buay Belunguh, Buay Pernong, Buay Nyerupa dan Buay Lapah Di Way. 

Adat masyarakat Lampung yang mendiami wilayah adat Jabung, Negara Batin, Negara Saka dan Bungkuk berdasarkan adat istiadat yang ada sebenarnya tidak termasuk adat pepadun melainkan saibatin. Namun dalam pelaksanaan adat istiadat masyarakat empat desa tersebut ada beberapa didalamnya mirip pepadun dan juga ada yang mirip sebatin. 

Sifat-sifat Ulun Lampung. 

Menurut keterangan yang terdapat dalam buku Kuntara Raja Niti, orang Lampung memiliki sifat khusus antara lain : 

a. Piil- Pusanggiri. 
Artinya sifat malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri. 

b. Juluk- Adok. 
Artinya mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya. 

c. Nemui-Nyimah. 
Artinya saling mengunjungi untuk berseliturohmi serta ramah menerima tamu. 

d. Nengah-Nyampur. 
Artinya aktif dalam pergaulan masyarakat dan tidak individualistis. 

e. Sakai-Sambaian. 
Artinya gotong royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya. 

Sifat-sifat orang Lampung seperti tersebut di atas dilambangkan dengan lima kembang penghias siger pada lambang propinsi Lampung. Demikianlah sekelumit tentang asal usul suku Lampung secara umum. Mudah-mudahan menjadi gambaran dan pengetahuan bagi kita semua sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui asal usul suku Lampung asli yang ada wilayah adat Sekampung Ilir/Libo.

* Laki-laki asli kelahiran Jabung, 
Orang tua dari 4 orang putra juga pengajar 
di Sekolah Negeri di Kecamatan Jabung.
No Hp. 085269856004

1 comment

Smart Teacher said...

Jangan Lupakan Sejarah,karena dengan memahami sejarah kita akan lebih memahami siapa kita. Salam kenal bang Jo, makin rame ajanih webnya.

Powered by Blogger.