Kelompok Buddha Myanmar desak militer terus perangi Rohingya


Muslim Rohingya ditolak masuk Bangladesh. ©REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

Jabungonline.com Sementara etnis minoritas muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine terpaksa mengungsi karena perkampungan mereka dibakar tentara dan warga, kelompok mayoritas Buddha di Ibu Kota Myanmar, Yangon, justru mendukung hal itu. Mereka menggelar unjuk rasa 
mendesak militer melakukan aksi lebih keras buat memerangi orang Rohingya yang memberontak dengan tujuan sebenarnya adalah mempertahankan diri.

Dilansir dari laman Associated Press, Kamis (31/8), tokoh biksu radikal Myanmar sekaligus pemimpin gerakan anti-Islam, Wirathu, menyatakan 'pemberontakan' di Negara Bagian Rakhine cuma bisa diredam dengan operasi militer. Dia justru mencibir pemerintah pimpinan Aung San Suu Kyi dianggap tidak tanggap ketika pihak militer menggelar pertemuan Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional. Dalam pertemuan itu semestinya diputuskan menerbitkan kondisi darurat militer di Negara Bagian Rakhine, dan pihak militer berkuasa penuh melakukan operasi.

"Cuma panglima militer yang bisa melindungi nyawa dan harta penduduk. Hanya militer yang bisa memberikan pelajaran terhadap para teroris Bengal itu," kata Wirathu.

Wirathu menyatakan orang Rohingya sebagai kaum Bengal, karena dia meyakini mereka adalah pendatang gelap dari Bangladesh. Padahal, orang Rohingya sudah beranak pinak sejak masa Kerajaan Arakan. Selain itu, Wirathu mengecam lembaga bantuan dunia justru membantu orang Rohingya dia anggap sebagai teroris.

Konflik antara orang Rohingya dan warga Buddha di Rakhine meletup sejak lima tahun lalu. Lantas hal itu menjadi alasan kelompok Buddha ekstrem menggalang gerakan anti-Islam.

Sekitar satu juta warga Rohingya hidup di bawah kondisi persekusi di Rakhine oleh penduduk mayoritas Buddha. Orang Rohingya selalu dianggap bukan warga negara Myanmar. Alhasil, sebagian besar dari mereka hidup melarat. Orang Rohingya semakin terdesak dan beberapa terpaksa angkat senjata.

Wilayah Maungdaw, di bagian utara Rakhine, adalah pusat konflik. Namun, dampaknya meluas ke daerah lain. Tentara Myanmar berdalih mereka menggelar operasi militer buat menumpas 'pemberontak'. Namun, para pengungsi menyatakan serdadu Myanmar justru menyerang dan membakar perkampungan Rohingya dan menembaki warga sipil. Pemerintah Myanmar menyalahkan 'pemberontak' Rohingya dan pendukungnya karena terus menyulut konflik.

Pemerintah Myanmar menyatakan korban jiwa dalam konflik hingga saat ini mencapai 103 orang. Terdiri dari 12 tentara, 77 'pemberontak', dan 14 warga sipil. Sedangkan pegiat hak asasi menyatakan jumlah korban tewas bisa lebih tinggi lagi.

Sebagian warga Rohingya kini terpaksa mengungsi di zona netral perbatasan dengan Bangladesh, di tengah hutan tanpa tempat berteduh.

No comments

Powered by Blogger.