Aksi Kebangsaan, Patutkah Dibanggakan?

Oleh : Afifah (Aktivis Mahasiswi STEI Hamfara)

Pemerintahan rezim Jokowi nampaknya mulai mendekati kalangan mahasiswa di tengah gelombang unjuk rasa dan di tengah kasus pimpinan BEM SI. Puluhan Perguruan tinggi negeri dan swasta se jawa Barat mengadakan deklarasi anti radikalisme yang diselenggarakan di Universitas Padjadjaran Bandung, Jawa Barat. Jumat (14/7/2017). Isi dari kegiatan tersebut adalah penguatan  beberapa poin yakni berpegang teguh pada Pancasila, UUD 1945 dan semangat bhineka Tunggal Ika, sekaligus menolak organisasi dan aktifitas yang diklaim radikalisme.

         15.000 mahasiswa dari kampus se-DIY mengikuti deklarasi kebangsaan melawan radikalisme di stadion Mandala Krida, (TribunJogja, 28/10/2017),  30.000-an mahasiswa lintas perguruan tinggi negeri dan swasta di Kota Palu, berlangsung di Lapangan Upacara Uneversitas Tadulako (Untad), Sekitar 25.000 mahasiswa se-Sulawesi Tenggara di kawasan Tugu Religi Alun-alun Kendari. Sabtu, (Antara News. 28/10/2017). Dan dibeberapa kota yang lainnya, melakukan aksi kuliah melawan radikalisme dan intolerisme.

Ketika Kebodohan Merajalela

“Akan datang kepada kalian masa yang penuh dengan tipudaya; ketika orang-orang akan mempercayai kebohongan dan mendustakan kebenaran. Mereka mempercayai para pengkhianat dan tidak mempercayai para pembawa kebenaran. Pada masa itu, Rruwaibidhah akan berbicara.” Mereka bertanya, “Apakah itu ruwaibidhah?” Rasulullah berkata, “Ruwaibidhah adalah orang-orang bodoh (yang berbicara) tentang urusan umat.” (HR Ibnu Hakim dalam Mustadrak).

Hadits ini menjelaskan tentang kelompok orang yang tidak peduli terhadap urusan agama. Mereka adalah budak hawa nafsu dan dunia. Mereka mengibarkan bendera Jahiliyyah. Menyeru kepada ideologi dan isme sesat dan merusak, seperti Kapitalisme, Sosialisme, Sekularisme, Liberalisme, Demokrasi. Mereka berambisi menjadi penguasa, padahal mereka adalah orang bodoh, tidak bermutu, fasik dan hina. Mereka bukanlah orang yang mencari kebenaran, bukan pula orang yang menggengamnya dengan jujur, tetapi mereka adalah para pembohong yang pandai mengklaim.

Dalam konteks aksi kuliah akbar melawan radikalisme dan intolerisme, maka terlihat jelas karakter ruwaibidloh di Indonesia yang anti-Islam, kalah secara intelektual, dan gegabah dalam langkah. Narasi yang mereka ajukan untuk aksi kuliah akbar melawan radikalisme dan intolerisme adalah demi mencegah berkembangnya ancaman terhadap keutuhan bangsa, perpecahan dan bertentangan dengan konstitusi negara, dimana saat ini berkembang kelompok radikal yang dipertanyakan karena mengusung ide yang mengancam pancasila dan NKRI.

Umat Islam , Ada Apa ?

         Sejak 1924, umat Islam semakin mundur terjerembab dalam penjajahan dan perpecahan. Kurikulum Pendidikan dunia Islam lalu berkiblat ke Barat dan umat meninggalkan warisan peradaban Islam, sehingga umat Islam lebih akrab dengan pengertian suatu istilah Radikalisme dalam terminologi Barat sekuler, Dimana Radikalisme sering didefinisikan sebagai usaha untuk melakukan perubahan dengan pergeseran yang sifatnya kekerasan, dalam tatanan politik, yamg menginginkan perubahan undang-undang dan pemerintahan (Neraca.co.id).

         Islam mewajibkan mempelajari tsaqafah Islam, terkandung dalam QS. Al- Mujadalah ayat 11. Tsaqofah Islam yang didalamnya terdapat aspek aqidah mampu membangkitkan manusia. Karena kebangkitan umat tergantung pemikirannya. Pemikiran-pemikiran Islam bisa menjadikan orang yang memiliki Tsaqafahnya mampu membentuk manusia menjadi pribadi yang memiliki ‘aqliyah (pola pikir) yang memuaskan akal dan menetramkan jiwa. Terbentuk pula dalam dirinya nafsiyah Islamiyah (pola sikap Islam) yang dipenuhi dengan keimanan yang sempurna. Dengan ini seseorang memiliki sifat yang mengagumkan/agung yang diinginkan oleh seorang muslim. Karena itu dia menerjuni petualangan kehidupan dalam keadaan (mempunyai) bekal sebaik-baik bekal perbekalan, yaitu pemikiran yang cemerlang. [MO]

No comments

Powered by Blogger.