Rohingya Menanti Kumandangmu, Jenderal!
Rohingya Menanti Kumandangmu, Jenderal!
Ratusan sorot mata pasrah itu ingatkan pada foto kecilmu
Entah kenapa, masa jayamu sebagai anak dan cucu orang ternama
Membuatku yakin, ratusan empu mata itu bisa menyala
Dengan senyum dan tawa yang lupakan kabar duka di negeri tercinta
Ratusan mata berjuta ketertindasan itu kuyakin bisa segera teratasi
Di tanganmu dengan selautan bukti, tanpa obral janji
Sehimpunan kuda, hektaran tanah, atau kilang minyak
Kiranya cukup gantikan kefakiran empati para pejabat negeri
yang lebih piawai umbar mantra nasionalisme sebagai dalih kedaulatan
Bergeraklah sekarang, karena kutahu kau punya nyali
Sejantan Tambora segagah Merapi yang ledakkan erupsi kepedulian
Sejak melawan si Beny hingga anak didiknya kini,
yang ternyata sekumpulan bedebah pemburu kuasa dan deislamisasi
Di tangan mereka, soal Rohignya hanya sampah hoaks media
Tak lebih pengusik nyamannya bagi-bagi kuasa dan menghamba
pada tuan-tuan asing yang menjerat daulat Nusantara
Singsingkan kemeja coklat dengan banyak saku favoritmu
Keluarkan peluru cinta, sebayonet teladan bagi kami rakyat pendukungmu
Berderet mulut yang kelaparan bertemankan bintang di perahu reyot
Sudah siap menantikan kesetiaanmu mengabdi pada Republik
Putih kemejamu kupercaya cerminkan kejujuranmu untuk membantu
Karena kepintaran yang ada pada orang-orang pengitar penguasa hanyalah batu
Batu di kepala, batu di hati, dan batu di kerasnya kepandiran mereka
Cuma kau yang bisa remukkan piciknya para taruna pengecut
Yang tega menghela para pemilik napas yang ditodong senapa junta Burma
Laporkan iklan?
Hadir, datang, dan kepalkan tanganmu lagi, Jenderal
Bersama para relawan yang sejatinya wakili sedikit korps kebanggaanmu dulu
Malu rasanya punya pemangku militer berjiwa kerdil
Terhina rasanya miliki dua penguasa yang hanya bangga menonton derita sempurna
Saudara-saudara dari Burma yang tergerus karena isu etnis dan prasangka agama
Tidak ada kalender kampanye lagi, Jenderal
Maka, datanglah dan mari hadirkan suara perih anti penindasan
yang sudah lama kami kenali menjadi denyut nadi dirimu
Dulu Beny ingin singkirkan Islam di sini
Lanjut pada Wiranto, Agum, Luhut berpadu melawanmu
Teruskan untuk gagah menerjang pongahnya mereka
yang sering bungkam saat saudara seagamamu dihina, dibantai
Dalam senja, mertuamu menerabas sepinya Bosnia dari kata damai
Terus melaju meski tiada jaminan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa
Tidak ada lagi perwira penguasa yang langsung bersigap
Membantu sesama, atas nama agama ataukah peduli manusia
Dan kini Rohingya menanti jejakmu, Jenderal
Hadirlah dalam gelap negeri ini kini, Jenderal
Meski senyap, dulimu tawarkan seombak rasa dan gelora
Bahwa peduli bukan lagi soal saat berkuasa atau tidak
Tapi, ini panggilan iman di dada, meski hanya tinggal sebutir gula
Jenderal, Rohingya menanti keberanianmu.
Bukan dengan kata-kata mengilusi ataupun khutbah menggelegar
Yang dinantikan adalah satu:
Tetaplah jadi jenderal dalam mengajarkan kepedulian bagi sesama!
*by Yusuf Maulana
Sumber: Islam Pos
Post a Comment