Dampak BURUK Terpuruknya RUPIAH


Dolar semakin perkasa, Rupiah semakin tak berharga. Apakah Indonesia baik-baik saja? Masihkah pemerintahan saat ini on the right track? 

Berikut kutipan berita dari berbagai media terkait dampak terpuruknya rupiah:

Dampak Pelemahan Rupiah Lebih Buruk dari 1998

Nilai tukar Rupiah melemah semakin dalam. Kurs tengah Bank Indonesia, rupiah ditutup dengan nilai tukar Rp14.067 per dolar AS. Pelemahan tersebut adalah yang terburuk sejak Agustus 1998. Pelemahan kali ini dinilai akan membawa dampak lebih buruk dibanding yang terjadi tahun 1998.

Enny Sri Hartati, Direktur Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) dan Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini menilai pelemahan tersebut akan memukul industri dalam negeri.

“Pada saat rupiah itu melemah, tentu saja biaya produksi industri menjadi tinggi, sehingga akan mendesak daya saing,” kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini, Selasa (25/8/2015).

Lebih detil lagi, Enny merinci, selain persoalan bahan baku, industri juga akan terpukul oleh utang luar negeri yang mereka pikul. Utang dalam dolar AS menyebabkan biaya pembayaran meningkat. Meningkatnya beban tersebut meningkatkan biaya modal, yang ujung-ujungnya meningkatkan harga produksi barang.

Dia mencontohkan berbagai sektor industri yang terpukul oleh pelemahan rupiah. Diantaranya elektronik, otomotif, termasuk properti. “Properti meningkat cukup tajam karena banyak pengembang yang sumber pembiayaannya dari utang luar negeri,” ungkap Enny.

Dampak dari pelemahan rupiah yang berpengaruh di tingkat produsen tersebut, akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. Baik ekonomi menengah atas, maupun masyarakat bawah. Sebab barang konsumsi sehari-hari tidak lepas terkena pengaruh dari melemahnya rupiah. Enny mencontohkan makanan ringan yang produk kemasannya juga berbahan baku impor.


[26/08/2015]
Rupiah Melemah, Pedagang Tempe Pusing 

[26/08/2015]
Rupiah Terpuruk, 500 Karyawan Sektor Manufaktur di Jawa Tengah dirumahkan 

[26/08/2015]
Rupiah Loyo, Omzet UMKM Turun Hingga 15 Persen

[25/08/2015]
Rupiah Anjlok, 70 Perusahaan di Bekasi Lakukan PHK

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berdampak pada Sedikitnya 70 perusahaan di Bekasi, Jawa Barat telah melakukan PHK terhadap ratusan buruh untuk mengurangi biaya produksi.

[24/08/2015]
Dolar AS Tembus Rp 14.000, Pedagang: Nggak Kuat Kalau Begini Terus

Jakarta -Hari ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tembus Rp 14.000. Bisnis yang mengandalkan barang impor seperti elektronik termasuk laptop dan ponsel turut kena imbas. Penjual mengeluhkan naiknya harga produk yang dijualnya diikuti lesunya daya beli masyarakat.

"Nggak kuat kalau dolar begini naik terus. Juli-Agustus bener-bener dagangan sepi. Nggak ada pengunjung. Sehari ini aja jualan belum ada yang laku satupun," keluh Dewi seorang karyawati toko ponsel Timor Cellular, ditemui di Atrium Plaza,Jakarta Pusat, Senin (24/8/2015).

***

Namun demikian, pemerintah merasa ekonomi Indonesia masih on the right track dan meminta masyarakat tidak panik.


Pemerintah Minta Masyarakat Tidak Panik Sikapi Melemahnya Rupiah 

JAKARTA-Ditengah kondisi lemahnya ekonomi yang melanda Indonesia, Pemerintah meminta masyarakat tidak panik, khususnya dalam menyikapi semakin terpuruknya mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika.

Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan di kantor Kemenko Polhukam Jakarta Selasa (25/8) mengatakan, hingga saat ini langkah yang diambil Bank Indonesia (BI) dan tim ekonomi Pemerintah masih terukur.

"Ga ada yang perlu dipanikkin. Semua menurut saya dari hasil pertemuan kami di Bogor baik. Jadi menurut saya ndak perlu panik. Semua masih terukur. Dan langkah-langkah yang dibuat oleh BI, saya liat juga yang dibuat oleh tim ekonomi dari Pemerintah saya kira on track semua," kata Menteri Luhut Binsar.


***

Oke, kita tunggu langkah ampuh pemerintah atasi kondisi ekonomi, Akankah SEPTEMBER jadi MEROKET?

No comments

Powered by Blogger.