Membaca Ancaman 3 Strategi Rusia hancurkan ekonomi Turki


Hubungan ekonomi Turki dan Rusia terancam hancur usai ditembak jatuhnya pesawat tempur Rusia oleh militer Turki. Satu unit jet Sukhoi SU-24 milik Rusia ditembak jatuh di Provinsi Latakia, perbatasan Suriah, Selasa (24/11).

Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev mengatakan, tindakan Turki bisa mengakibatkan ‘hancurnya’ proyek yang telah direncanakan bersama. Turki juga disebut bisa kehilangan pangsa pasar di Rusia.

Dilansir dari CNBC, Medvedev tetap berkomitmen akan melawan Turki. Dia telah memerintahkan bawahannya untuk menyusun langkah-langkah yang dapat mencapai pembekuan beberapa proyek investasi bersama Turki. Ini juga kemungkinan mencakup pada pembatasan impor pangan.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menjawab pernyataan Rusia dan mengatakan itu adalah perkataan emosional semata. Namun demikian, Erdogan mengaku sedih dengan pernyataan seperti itu keluar dari dari mulut Perdana Menteri Rusia.

Ini bisa berdampak signifikan bagi ekonomi kedua negara, Turki adalah mitra dagang penting bagi Rusia setelah Jerman. Jika Rusia benar memutus hubungan ekonomi, kedua negara akan sama sama merasakan efek buruk, kata analis.

Berikut hubungan ekonomi Turki dengan Rusia seperti dikutip dari CNBC:
1. Sektor energi

Sejumlah perdagangan dan rencana pembangunan infrastruktur antara Turki dan Rusia terpengaruh akibat insiden penembakan jet tempur Rusia. Rencana pembangunan pipa gas antara kedua negara serta pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir Akkuyu juga terancam gagal.

Menteri Ekonomi Rusia saat ini tengah membahas rencana menghentikan zona bebas dagang dengan Turki. Turki selama ini merupakan pelanggan energi terbesar Rusia. Turki setidaknya mengimpor 55 persen gas alam dan 30 persen minyak dari Rusia.

“Turki memiliki hubungan strategis dengan Rusia dalam hal sektor energi. Proyek energi nuklir yang akan dibangun oleh Rusia bisa terpengaruh,” ucap Profesor Gurkan Kumbaroglu dari Bogazici University.

Menurut Profesor, proyek pembangunan infrastruktur energi akan terpengaruh. Meski demikian, dia percaya pasokan gas dari Rusia ke Turki tidak akan terpengaruh dalam jangka pendek. “Saya takut untuk proyek jangka panjang. Dalam jangka panjang, proyek strategis mungkin akan terpengaruh, dan proyek ini sebenarnya untuk kepentingan kedua negara,” katanya.

Dia mendesak pimpinan Rusia dan Turki untuk tetap tenang dan mempertimbangkan manfaat dari kerja sama kedua negara.

Rusia merupakan salah satu negara penyedia gas terbesar di Eropa. Setiap kali pertengkaran diplomatik, Rusia selalu menekan musuhnya dengan pasokan gas.
2. Pariwisata

Menyusul jatuhnya jet tempur Rusia, lembaga pariwisata setempat, Rostourism merekomendasikan agar agen menangguhkan penjualan paket wisata ke Turki. Menurut statistik terbaru, sebanyak 3,6 juta warga Rusia mengunjungi Turki di sembilan bulan pertama 2013. Turki merupakan salah satu tujuan wisata populer masyarakat Rusia.

Membalas tindakan Turki, kementerian luar negeri Rusia merekomendasikan agar warga Rusia tidak mengunjungi Turki. Bahkan kementerian mengancam akan membatasi perjalanan udara ke Turki, dan hal ini dilakukan untuk memukul ekonomi Turki yang selama ini bergantung pada pariwisata.

Menurut penelitian World Travel and Tourism Council (WTTC), perjalanan pariwisata yang dihasilkan langsung maupun tidak langsung mencapai USD 96 miliar. Sektor pariwisata Turki juga membuka 2,1 juta lapangan kerja, dan ini lebih banyak dari sektor pertambangan, manufaktur, jasa keuangan maupun perbankan.
3. Perdagangan

Hubungan dagang antara Turki dan Rusia telah terbentuk dengan kuat dari beberapa tahun lalu. Namun, baru-baru ini Menteri Pertanian Rusia, Alexander Tkachev menugaskan badan pangan negara itu untuk memperkuat kontrol pasokan hasil pertanian dan makanan dari Turki.

AFP melaporkan bahwa Rusia menemukan beberapa kasus makanan Turki tidak memenuhi standar Rusia. Dalam catatan, sekitar 20 persen sayuran yang diimpor dari Turki bisa dibeli dari tempat lain.

Data statistik perdagangan luar negeri Turki memaparkan, ekspor mereka ke Rusia pada 2014 hanya USD 5,9 miliar. Sedangkan impor Turki dari Rusia USD 25,2 miliar.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, pada September lalu pihaknya berkomitmen dengan Rusia akan meningkatkan volume perdagangan bilateral menjadi USD 100 miliar pada 2023 mendatang. Pada pertemuan itu, Putin mengatakan Rusia sangat puas dengan perkembangan hubungan bilateral kedua negara.

Meski hubungan dagang sekarang sedang goyah, analis optimis hubungan jangka panjang kedua negara akan tetap membaik. Analis politik Citi, Tina Fordham mengatakan bahwa hubungan perdagangan kedua sangat signifikan. “Turki memberi Rusia energi dan Turki menjadi tujuan wisata populer bagi turis Rusia,” katanya.

Manajer portofolio di Pinebridge, John Bates mengatakan bahwa hubungan Turki dan Rusia sangat dekat. “Ini ditunjukkan adanya hubungan bisnis bank Rusia, Sberbank dengan bank Turki yaitu DenizBank.”



No comments

Powered by Blogger.