Benarkah Pemecatan Fahri Hamzah Bisa Dikatakan ‘Harakiri’ ala PKS


Partai Keadilan Sejahtera telah melaksanakan milad ke-18 tahun nya pada hari ahad 24 April 2016, ibarat seorang manusia, umur 18 tahun bisa dikatakan adalah masa berakhirnya status sebagi remaja alias harus sudah mulai belajar menjadi manusia dewasa

18 Tahun, dengan melakukan harakiri dalam politik

Sebagai Partai politik, PKS dapat dikatakan sebagai partai politik yang mengedepankan etika kesantunan, berpikir dengan kedewasaan dan bermartabat; namun hal tersebut harus diuji dengan keberanian keputusan pemecatan kader terbaiknya yaitu Fahri Hamzah yang juga wakil ketua DPR RI

Pengamat politik Unpad, Roesli Kartamihardja mengatakan apa yang dilakukan oleh PKS dengan memecat Fahri Hamzah kader terbaiknya adalah diibaratkan keberanian untuk melakukan harakiri (bunuh diri)

Harakiri adalah aksi bunuh diri ala Jepang demi menjaga kehormatan diri sebagai seorang Samurai

Pemecatan Fahri Hamzah bisa dikatakan tindakan Harakiri (bunuh diri), bagaimana pun sosok Fahri Hamzah adalah sosok yang paling dikenal sebagai keterwakilan tokoh dari PKS disebuah lembaga Negara seperti DPR RI

Dalam Politik, pemecatan seorang kader terbaik adalah hal diluarr kelaziman, karena berdasarkan pemahaman demokrasi; partai politik adalah berkuasa, dan untuk mencapai kekuasaan diperlukan pengumpul kekuatan suara massa (publik), maka dibutuhkan tokoh tokoh dalam partai yang mampu menyedot suara massa terbesar; dan Fahri Hamzah dengan 125.000 suara adalah sebuah ‘magnet’ demokrasi

Kontra akan logika demokrasi, ketika parpol berlomba mencari tokoh yang dapat mengumpulkan suara bagi partainya, namun PKS ‘membuang percuma’ kader terbaiknya; motor pengumpul suara terbesar bernama Fahri Hamzah

Entah ini sebuah harakiri demi kehormatan sejumlah pihak di internal PKS atau harakiri demi menjaga marwah partai

Namun, kembali lagi; hal yang dilakukan PKS adalah hal diluar kelaziman dalam konteks parpol dalam demokrasi

Bukankah label sebagai parpol dakwah yang mengedepankan etika kesantunan, sikap kedewasaan dan bermartabat; justru mengurangi mempertontonkan demokrasi yang kurang etis dan lebih banyak memberikan pengetahuan soal merangkul dan mengarahkan ke arah yang lebih baik atau memberikan pembelajaran yang baik kepada publik terkait peredaman konflik internal

Pemecatan itu sebuah keputusan antitesa dari sebuah fenomena peredaman konflik internal pada partai yang dikenal dengan label dakwahnya; partai dakwah bukankah harus meminimalisir potensi konflik internal

PKS harusnya menjadi contoh terdepan sebagai partai yang mampu menangani persoalan konflik internal; sehingga tidak menjadi konsumsi negatif di publik, harus diakui kegaduhan pemecatan Fahri Hamzah ini bisa menjadi bola liar yang dapat ditanggapi beragam oleh publik

Bukankah harusnya PKS memberikan pelajaran mengenai partai yang mampu menangani manajemen konflik di internal dengan sangat baik, pelajaran yang mampu menjadi contoh dan teladan

Pemecatan Fahri Hamzah ini menjadi pembangunan opini liar di publik; harus disadari PKS kini telah menjadi partai besar yang tentu tak lepas dari perhatian dan penilaian publik

Persoalan Internal; akan menjadi blunder yang kurang baik ditanggapi publik; dan disisi inilah; seolah PKS sedang melakukan harakiri ‘bunuh diri’

Harakiri ala PKS, pemecatan kader terbaiknya; yang dapat dikatakan sebagai fenomena pembelajaran ataukah fenomena ketidaksiapan dalam kacamata Parpol di era demokrasi terbuka saat ini, silahkan dinilai..

(Adityawarman @Aditnamasaya)

No comments

Powered by Blogger.