Sah Perppu Ormas Selamat Datang Kedzaliman Rezim Anti Islam !

MEMATIKAN KEHIDUPAN REZIM OTORITER DAN DZALIM

Oleh: drg. Nurus Sa’adah
(Praktisi kesehatan dan Aliansi Masyarakat peduli negeri)

Jabungonline.com-Sebagaimana yang sudah diduga, sidang paripurna DPR pada akhirnya mengesahkan PERPPU Ormas No 2 / 2017 menjadi UU. Meskipun menabrak dan melanggar berbagai hal dari aspek prosedural dan materiil sebagaimana yang disampaikan mayoritas ahli hukum dan tata negara, komnas HAM dan LBH, ormas dan tokoh islam, DPR tetap bisu dan tuli meneruskan aspirasi rakyat. 

Hari ini kita semakin melihat bahwa politik yang terjadi bukanlah politik rasional namun politik transaksional. Negara hukum telah bubar dan telah lahir negara yang penuh kesewenang-wenangan.

Negara sebagai penafsir tunggal Pancasila memiiki kewenangan tanpa batas untuk membungkam suara kritis rakyat dan mengkriminalisasikan ajaran islam dan aktivis islam. Sebelum di sahkan saja pemerintah telah sangat bertindak otoriter terlebih pasca suasana politik Pilkada DKI. 

Buni yani, Jonru Ginting, ust Alfian Tanjung adalah diantara sederet nama aktivis islam yang dipenjarakan atas tuduhan ujaran kebencian. Para ulama dikriminalisasikan atas tuduhan membuat makar. 

Dan baru saja pula kita melihat keangkuhan rezim atas penangkapan mahasiswa yang tergabung dalam BEM Seluruh Indonesia yang hanya menyampaikan evaluasi 3 tahun pemerintah Jokowi. Lihatlah media mainstream penjilat penguasa tak ada yang memberitakannya. Sungguh menyakitkan! 

Dimana hak rakyat menyampaikan pendapat yang dijamin undang-undang? Rezim panik dan anti kritik, membabi buta membungkam suara kritis rakyat, baik dari kalangan mahasiswa, ulama, habaib, aktivis dan ormas islam dengan menyalahgunakan pancasila sebagai political hammer-nya. 

Maka lihatlah kepada siapa rezim ini berbaik hati dan berlemah lembut. Proyek reklamasi yang telah nyata-nyata merugikan rakyat dan merusak lingkungan, mulus berjalan atas perlindungan sang Menteri, mendapatkan pembelaan mati-matian, dan mengesahkan sejumlah aturan termasuk mencabut moratorium yang dikebut sebelum gubernur baru dilantik. 

Yang melawan telah dibungkam dan dicopot dari jabatan, rakyat berteriak pilu karena diusir dari laut oleh pengembang tempat mereka mencari penghidupan tak perlu didengar. Proyek Meikarta yang bermasalah pun melenggang dan masih leluasa mempromosikan iklan. Padahal siapa yang bisa menikmati proyek itu semua? 

Pemerintah juga berbaik hati kepada Freeport atas keringanan pajak. Sementara pungutan pajak atas rakyat digenjot habis-habisan di semua lini. Maka sesungguhnya kita semakin melihat era rezim yang berlemh lembut kepada kapitalis, namun keras terhdap rakyat. 

Sesungguhnya rezim otoriter dan dzalim terlahir dan tumbuh subur dalam sistem kapitalisme. Dengan asas sekuler yang menjadikan agama hanya di ranah privat ibadah ritual tidak menjadi ruh dalam setiap perbuatan, melahirkan para penguasa yang tidak takut kepada Tuhan-Nya dan lebih takut serta tunduk kepada para pemilik modal yang mensponsori duduk di kursi kekuasaan. 

Omong kosong suara rakyat suara tuhan, karena yang terjadi adalah politik transaksional, dari kapitalis, oleh kapitalis dan untuk kapitalis. Rakyat hanya didatangi saat mendulang suara dan bermanis muka sementara penguasa adalah pembuat UU/regulasi semata yang menjamin liberalisasi tanpa batas. Inilah sejatinya negara corporatocracy, simbiosis mutualisme antara pengusaha dan penguasa.

Sungguh pengkhianatan dan kedzaliman rezim harus segera diakhiri dan tidak boleh hidup lagi. Jangan sampai pula rezim otoriter dan dzalim hanya berganti wajah di kontestasi Pemilu. Maka tidak boleh lagi habitat bagi hidup dan tumbuh suburnya keotoriteran dan kedzaliman ini ada, yaitu campakkan sistem hidup kapitalisme sekuler dan beralih kepada sistem yang berpondasikan pada keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, sistem yang diwajibkan dan telah diajarkan Rasulullah, Khilafah Islam. 

Sistem ini meletakkan kedaulatan di tangan Allah dan kekuasaan di tangan umat. Rakyat lah yang paling berhak menaikkan dan menurunkan penguasa, namun penguasa yang terpilih diamanahkan untuk mengurusi urusan umat hanya dengan landasan al qur’an dan sunnah, bukan dengan hawa nafsunya. 

Disinilah pintu masuk para cukong untuk mendikte penguasa akan tertutup rapat dan keadilan Insyaa Allah akan didapat, karena keadilan hukum-Nya tidak memihak kepada ras, suku, agama, dan golongan tertentu. Rakyat juga diberikan kebebasan untuk mengoreksi penguasa, bahkan wajib. 

Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda sebaik-baik jihad adalah menasihati pemimpin dzalim. Rasulullah pun pernah menyampaikan bahwa politik adalah riayah suunil ummah (mengurusi urusan ummat), bukan alat pencari kekuasaan, kedudukan, bahkan kekayaan. Secara tegas pula, islam menggariskan bahwa pemimpin adalah raa’in (pelayan) dan junnah (pelindung) rakyat. 

Lihatlah bagaimana kisah para Khulafaur Rasyidin mencotohkan sosok pemimpin adil dan mencintai rakyat, yang tidak anti kritik, yang takutnya hanya kepada Allah bukan manusia.

Sejarah mencatat keadilan Khalifah Umar bin Khattab yang mendapat aduan dari seorang kakek Yahudi miskin, korban kedzaliman gubernur Amr bin Ash yang menggusur gubuk reot nya dengan alasan untuk didirikan masjid yang megah. 

Saat mengadu kepada khalifah, kakek Yahudi dibawakan tulang yang digaris huruf alif dengan pedang oleh Khalifah. Dengan kebingungan, tulang unta busuk yang dibawa kakek kepada gubernur Amr bin Ash mampu membuat gubernur merinding ketakutan serta merobohkan kembali masjid yang sedang dalam pembangunan serta mendirikan rumah kakek Yahudi kembali. 

Ternyata tulang busuk tersebut bukan tulang biasa, namun tulang yang berisi ancaman Khalifah “Amr bin Ash, ingatlah kamu. Siapapun engkau sekarang, betapapun tingginya pangkat dan kekuasaanmu, suatu saat nanti kamu pasti akan berubah menjadi tulang yang busuk. Karena itu, bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus, adil di atas dan di bawah. Sebab jika engkau tidak bertindak lurus , aku tebas btang lehermu”. 

Sungguh inilah saatnya bagi rakyat untuk semakin terbuka mata hati dan pikiran kita agar tidak tertipu lagi dengan wajah manis penguasa yang datang di saat mendulang suara saja namun kemudian mengkhianati rakyat, keras terhadap rakyat dan lemah lembut kepada para konglomerat. 

Ingatlah wajah dan kelompok pendukung kebijakan dzalim, catatlah, dan adukanlah mereka pada Allah SWT. Mari terus lanjutkan perjuangan untuk hadirnya pemimpin dan sistem yang adil. Jangan hanya beretorika busuk seperti para penguasa yang memainkan isu pancasila, bhinneka dan NKRI karena perbuatan mereka telah menunjukkan siapa mereka yang dengan terang-terangan menjual Indonesia. 

Cinta negeri ini butuh bukti bukan sekedar omongan belaka. Mari bersatu, jangan lagi diadu domba dan lihatlah dengan jelas musuh utama negeri ini, yaitu sistem kapitalisme sekuler yang memporak porandakan negeri ini. [MO/aql/JO]

No comments

Powered by Blogger.