Ibu Mahasiswa Unila yang Meninggal Saat Diksar Laporkan Dugaan Kekerasan ke Polda Lampung

Jabungonline.com, Bandar Lampung – Wirna Wani, ibu dari almarhum Pratama Wijaya Kesuma, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung (Unila), secara resmi melaporkan kasus kematian anaknya ke Kepolisian Daerah (Polda) Lampung. Pratama meninggal dunia setelah mengikuti kegiatan pendidikan dasar (diksar) organisasi Mahasiswa Pencinta Lingkungan (Mahapel) pada November 2024.

Dalam keterangannya di Mapolda Lampung, Selasa (3/6/2025), Wirna menuntut agar pihak berwenang mengusut tuntas kasus tersebut dan memberikan hukuman maksimal kepada pelaku yang terlibat.

"Saya hanya ingin keadilan untuk anak saya. Siapa pun yang menyebabkan kematiannya harus bertanggung jawab," tegas Wirna.

Ia mengisahkan, setelah mengikuti diksar, kondisi kesehatan anaknya menurun drastis. Pratama mengalami luka fisik, kejang otot, dan sempat tidak sadarkan diri beberapa kali. Menurut penuturan sang ibu, saat dijemput pada malam hari sepulang dari kegiatan, Pratama tampak lemas dan mengeluhkan lapar, namun tiba-tiba pingsan sebelum sempat makan.

"Sesampainya di rumah dia langsung jatuh pingsan. Beberapa hari setelahnya, dia terus mengalami kejang dan terlihat luka di tangan serta kuku yang copot," jelasnya.

Setelah itu, Pratama sempat dirawat di Rumah Bersalin Ibu (RBI), lalu dirujuk ke RS Bintang Amin, dan akhirnya ke RSUD Abdul Moeloek. Menurut hasil pemeriksaan dokter saraf, Pratama mengalami kerusakan pada sistem saraf.

"Dokternya bahkan tanya, ‘Kenapa dibiarkan?’ Saya jelaskan bahwa anak saya takut, katanya dia diancam kalau sampai buka mulut," ungkap Wirna.

Sebelum wafat, Pratama sempat menceritakan bahwa selama kegiatan diksar, dirinya mengalami kekerasan fisik. Namun, ia enggan menyebutkan pelaku secara spesifik karena merasa terancam.

"Dia sempat bilang dadanya ditendang, perut diinjak, tapi dia juga bilang, 'Mama jangan bilang siapa-siapa, nyawa aku diancam'," kenangnya dengan suara bergetar.

Pratama menjalani operasi pada 27 April 2025 di RSUD Abdul Moeloek setelah pemeriksaan menunjukkan adanya pembekuan darah dan cairan tidak normal di bagian otaknya. Namun, pihak keluarga membantah pernyataan dari kampus yang menyebut bahwa Pratama meninggal karena tumor otak.

"Sejak kecil anak saya sehat. Tidak pernah ada riwayat penyakit berat. Kalau pun sakit, paling hanya flu atau batuk biasa," tandasnya.

Laporan ini menjadi titik awal dari upaya keluarga untuk mencari keadilan dan kebenaran atas kejadian tragis yang menimpa Pratama. Pihak kepolisian diharapkan dapat mengusut kasus ini secara transparan dan adil. (Nn)

Posting Komentar

Jabungonline.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaklah dalam menyampaikan komentar. Komentar atau pendapat sepenuhnya menjadi tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Lebih baru Lebih lama