Ijazah, KKN, dan Kampus Jokowi: Antara Jejak Akademik dan Ketertutupan yang Mencurigakan

Oleh: BangJO | Jabungonline.com 

Isu soal keaslian ijazah Presiden Joko Widodo (Jokowi) bukan barang baru. Namun, setiap kali mencuat, selalu ada dua sikap utama: pengalihan dan pembungkaman. Padahal, ini bukan sekadar soal dokumen pendidikan, tapi menyangkut transparansi seorang pemimpin di negara demokratis.

Salah satu titik tumpu kritik adalah tempat Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diduga tidak pernah ditemukan datanya secara jelas. Di Universitas mana pun, KKN adalah kewajiban akademik. Ada catatan kelompok, lokasi, pengabdian masyarakat, hingga laporan kegiatan. Tapi dalam kasus Jokowi, semuanya seperti hantu—tak terlihat, tak terdengar, dan selalu dijustifikasi dengan satu frasa pamungkas: “Sudah diverifikasi Kementerian”.

Pertanyaannya: Apa iya semudah itu?

Bagaimana mungkin mahasiswa yang katanya kuliah di Jogjakarta dan tinggal di Solo, tapi tempat KKN-nya tak terdeteksi? Lembaga kampus yang mengklaim menjadi almamater juga terkesan defensif tanpa transparansi. Bahkan beberapa civitas akademika cenderung irit bicara, seolah ada yang sedang dilindungi—atau disembunyikan?

Kenapa tak bisa dibuka ke publik?
Kalau memang benar, apa salahnya menunjukkan tempat KKN, transkrip nilai, hingga buku yudisium? Apakah standar akademik negeri ini tak cukup kuat untuk menyimpan arsip mahasiswa, apalagi seorang kepala negara?

Kampus semestinya jadi mercusuar kejujuran akademik. Tapi dalam kasus ini, kampus justru terlihat seperti benteng kekuasaan. Keberpihakan perguruan tinggi terhadap kebenaran sedang diuji. Ketika publik bertanya, bukan sekadar ingin menjatuhkan, tapi ingin tahu: siapa sebenarnya yang memimpin negeri ini?

Lebih gawat lagi, narasi “teman kecil” pun tiba-tiba bermunculan, di-setting seolah menjadi saksi hidup otentik masa lalu sang presiden. Tapi ketika ditelisik, identitasnya kabur. Latar belakangnya misterius. Sungguh ironis jika sejarah akademik seorang presiden harus dibela oleh narasi nostalgia, bukan data.

Catatan akhir:
Opini ini bukan soal benci atau suka. Tapi soal hak rakyat untuk tahu siapa pemimpin mereka sebenarnya. Kalau memang tak ada yang perlu disembunyikan, mengapa segala sesuatunya terasa begitu tertutup? Negeri ini layak dipimpin oleh orang yang jujur—dalam kata dan data.


Redaksi Jabungonline.com 

#TetapKritisSampaiTuntas #TetapMenyalaJujur

Posting Komentar

Jabungonline.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaklah dalam menyampaikan komentar. Komentar atau pendapat sepenuhnya menjadi tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Lebih baru Lebih lama