Mohon Maaf, Bukan Pemimpin seperti karakter Jokowi yang pas ketika Indonesia hadapi Krisis



Indonesia sedang menuju krisis ekonomi, kurs Rupiah dan indeks IHSG yang anjlok membuat situasi ekonomi Indonesia terancam disemua sektor.

Sementara tim ekonomi Jokowi JK terlalu banyak menganalisa dan memberikan alasan alasan seperti layaknya para pengamat ekonomi; lupa bahwa dirinya sekarang adalah seorang menteri yang menentukan kebijakan ekonomi kedepannya

Kurs Rupiah yang tembus dari level 14.000 per Dolar AS, jauh dari batas nilai fundamental nya dikisaran 13.400; sulit untuk berharap nilai kurs rupiah kembali kepada nilai fundamental nya dengan melihat kebijakan ‘menepuk angin’ tim ekonomi yang seolah menjadi kebijakan tak terintergrasi dengan kebijakan secara nasional (kementerian lainnya)

Ternyata masih ada saja BUMN yang masih menggunakan Dolar sebagai bagian utama transakasinya, Bahkan BI sampai perlu memberikan instruksi peringatan kembali kepada perusahaan BUMN untuk lebih banyak gunakan Rupiah didalam transaksinya serta memerintahkan semua elemen pasar menukarkan mata uang Dolarnya kepada BI.

Indonesia terancam terkena dampak krisis global dan perang mata uang

Butuh sosok pemimpin yang berpikiran cepat, taktis, tegas dan tepat

Bukan lagi, pada sosok pemimpin yang masih sibuk mencari cara dan ikut terseret arus konflik perbedaan pemikiran di kabinet sendiri.

Indonesia saat ini butuh pemimpin yang berpikiran cepat, taktis, tegas dan tepat dan semua itu tak ada pada karakter pemimpin seperti Jokowi

Jokowi terlalu banyak mendengar dan akhirnya lambat memutuskan solusi; Jokowi terlalu banyak menampung kepentingan yang ada hingga akhirnya banyak menimbulkan barisan sakit hati dalam barisan sendiri yang tidak kebagian tempat.

Indonesia butuh pemimpin yang negarawan dan berjiwa kebangsaan

Krisis harus dihadapi dengan pemimpin yang berpikiran cepat, taktis, tegas dan tepat; dan mohon maaf, bukan karakter seperti Jokowi yang pas untuk hadapi krisis kedepannya

(ndi/dw)

No comments

Powered by Blogger.