Pancasila dan LGBT, Sesuai atau Bertentangan

Oleh: Umma Azura

BANYAK orang yang paham dan sering berkoar tentang dasar negara ini, yaitu Pancasila. Tapi, mengatasi gelombang propaganda dan penularan homo, lesbian serta sejenisnya pengambil kebijakan dan pembuat regulasi terkesan linglung.

Padahal, sangat jelas sila pertama berbunyi: Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, kita adalah negara yang percaya Tuhan.

Maka, pemerintah seharusnya memperhatikan, bagaimana aturan dalam agama-agama yang diakui negara ini, bersoal tentang penyimpangan seksual tersebut.

Karena hampir semua agama dengan tegas melarang L*G*B*T. Barangkali hanya syiah yang membolehkan.

Apalagi, dalam Islam—agama mayoritas, yang dianut rakyat Indonesia, jelas menyebutkan cinta sejenis itu haram.

Maka, sudah seyogianya pemerintah mengakomodir aturan-aturan agama tersebut, berlandaskan semangat sila pertama dalam Pancasila, dengan melarang dengan tegas L*G*B*T.

Kemudian, bila ada suara yang mempertanyakan mana rasa keadilan untuk L*G*B*T, yang juga warga negara Indonesia?

Bukankah sudah seharusnya negara ini melaksanakan sila kelima dari Pancasila? Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Sudah jelas, untuk bangsa yang berketuhanan ini, akan adil bagi semua pemeluk agama dengan adanya larangan L*G*B*T.

Sedang, untuk mereka pengidap kelainan tersebut, negara bersikap adil dengan menyediakan fasilitas pengobatan yang diperlukan mereka.

Menyediakan tenaga profesional dan konseling yang tepat juga gratis. Dan, pengobatan itu sebaiknya melibatkan keluarga si pasien.

Bila pemerintah konsisten melaksanakan semangat Pancasila, seharusnya tak perlu galau bersikap. Bangsa ini, tidak akan terpecah dengan pro kontra L*G*B*T.

Indonesia bukan Amerika. Maka, bukan sebuah kewajiban, negara ini berkiblat pada negara tersebut. Kita bangsa yang menjunjung nilai-nilai dan norma-norma agama.

Negara ini, beda dengan Amerika. Dan tak usah menjadi Amerika. Negara kaya raya ini negara berketuhan, yang wajib menjalankan aturan dari Tuhan.

Negara ini, harus menjadi tempat tumbuh yang aman bagi generasi muda. Generasi yang memiliki emotional spiritual quotient yang baik. []

No comments

Powered by Blogger.