Test The Water: Menguji ‘Keislaman’ Umat Muslim dibalik larangan Takbir Keliling

Sosial Budaya- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membuat aturan untuk melarang diadakannya takbir keliling ketika malam takbiran tahun 2016 ini.

Aturan ini dipertegas dengan akan menertibkan setiap pelaksanaan takbir keliling yang dilakukan oleh masyarakat, aparat kepolisian akan memberhentikan mobil bak terbuka atau truk yang membawa rombongan takbir keliling di Jakarta.

Sebenarnya ada ‘test the water’ didalam pelarangan takbir keliling Jakarta pada malam takbiran.

Test the Water untuk menguji kadar ‘keislaman’ umat Islam.

Pelarangan ini semata untuk ‘menguji’ respon dan reaksi umat Islam Jakarta pada khususnya serta umat Islam Indonesia pada umumnya.

Melihat reaksi umat Islam, apakah ada reaksi atau tidak terlalu banyak menimbulkan reaksi dan respon.

Karena apabila tidak mendapatkan reaksi umat Islam, hal ini membuktikan kondisi umat Islam sudah mengarah kepada ‘sekulerisme’ artinya mulai meninggalkan tradisi dan kebiasaan Keislamannya.

Di negeri ini, Umat Islam lebih Islami akan selalu menjadi persoalan bagi kehidupan bernegara bagi para pemangku kekuasaan yang berpaham Liberal.

Mereka (penguasa berpaham liberal) akan terus melakukan ‘test the water’ nya untuk melihat kondisi Umat Islam terkait keIslaman nya.

Menghitung dan melihat kondisi simpul simpul umat Islam, melalui keberadaan lembaga lembaga perwakilan Umat seperti MUI, ICMI dan lainnya melihat ‘test the water’ yang diberikan.

Apakah akan responsif dan reaktif, ataukah sudah meninggalkan kebiasan Keislaman yang biasa dimiliki artinya tidak terlalu menanggapi dan cenderung membiarkan negara terus ‘melemahkan’ keIslaman Umat Islam itu sendiri.

Sekarang kita harus melihat situasi dan kondisi Umat Islam secara umum, apakah mulai meninggalkan kebiasaan terkait keIslamannya (identitas diri seorang muslim) ataukah masih tetap memiliki jiwa Islami; semuanya akan terjawab pada uji test the water ini.

No comments

Powered by Blogger.