Aksi Belasungkawa dari Mahasiswa Jakarta untuk Indonesia


Suasana aksi. Foto: tim JO.


Jakarta, BEM UNJ - Aksi Belasungkawa: Negara Telah Hilang, yang dilaksanakan pada Rabu (12/04) diikuti oleh aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia Wilayah Jabodetabek-Banten (BSJB). Di antaranya mahasiswa dari UNJ, STEI SEBI, YARSI, POLIMEDIA, IPB, STEI TAZKIA, STT PLN, STIE Hidayatullah, dan PNJ. Selain itu, hadir pula masa aksi dari universitas yang tidak tergabung dalam BSJB seperti Universitas Satya Negara Indonesia, UIN Jakarta, UPN Veteran jakarta dan Universitas Pamulang. 

Sebelum aksi dimulai, masa aksi berkumpul di depan Kantor Balai Kota DKI Jakarta pada pukul 12.59 WIB. Namun, lokasi utama pada aksi kali ini ialah Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Pukul 13.22 WIB, masa aksi kemudian melakukan longmarch dari Balai Kota menuju Istana Merdeka.

Aksi Belasungkawa ini membawa tiga tuntutan, di antaranya:
1. Menuntut Pemerintah Pusat yang telah gagal menjadi penyelenggara negara untuk memenuhi nota kesepahaman bersama aliansi BEM SI. 
2. Menuntut Presiden Joko Widodo untuk bertindak tegas dengan memberhentikan Proyek Reklamasi Teluk Jakarta yang inkonstitusional. 
3. Menolak keras segala tindakan represifitas aparat kepolisian terhadap gerakan mahasiswa Indonesia. 

Perwakilan mahasiswa dari tiap universitas menyampaikan pendapat mengenai keadaan Indonesia saat ini melalui orasi-orasi. Terdapat pula aksi kreatif dari sekelompok mahasiswa UNJ dalam bentuk teatrikal. Teatrikal yang ditampilkan mengilustrasikan kondisi aparat pemerintahan sekarang yang represif, yaitu bentuk perlakuan negara sebagai alat penindas rakyat.

Menjelang sore, para presiden mahasiswa (Presma)melakukan audiensi di dalam Istana Merdeka. Tetapi setelah audiensi, bukan kabar bahagia yang didapatkan, melainkan kabar mengecewakan. Presiden Joko Widodo ataupun Teten Masduki selaku yang menandatangani nota kesepahaman 90 hari yang lalu, tak dapat menemui masa aksi.

Presiden saat itu ternyata sedang menghadiri sebuah agenda di Bandung, Jawa Barat. Para presma hanya dipertemukan dengan bagian Kesekretariatan Negara. Akibatnya, tidak ada tindak lanjut mengenai nota kesepahaman.

Aksi yang berakhir kekecewaan ini ditutup dengan nyanyian Darah Juang, lagu yang mengisahkan kesengsaraan Bangsa Indonesia di negerinya yang kaya raya.

*Betty Permana / Kontributor JO.

No comments

Powered by Blogger.