Kekaguman Salim A Filah Terhadap Ustadz Abdul Shomad: Tuan Guru dari Pekanbaru

Oleh: Salim A Fillah

Sungguh suatu kehormatan bagi kami, pada perhelatan Islamic Bookfair Mei lalu, Gurunda Ustadz Abdul Somad, Lc, MA berkenan hadir dalam bincang buku Pro-U Media. Tak mampu seperti Shifunda Felix Siauw yang mengkhidmahi beliau sepanjang hari, inilah penghormatan kami kepada ilmu dan ahlinya; jazaakallaahu khayran kepada Akhinda Hidayat dari TafaqquhOnline dan Akhinda Maulana atas perekaman ini.

Sungguh kita tak layak menganggap seorang manusiapun di zaman ini suci di hadapan Allah. Tapi dengan keluasan ilmu, kebernasan fahaman, keadilan timbangan, dan pengertian yang mendalam akan fiqih dakwah dan keadaan ummat, Ust. Abdul Somad telah membawa kecerahan baru bagi ummat.

Luwes karena manthiq yang kokoh dan santun karena balaghah yang mantab khas fuqaha’ Syafi’iyyah, faham perbandingan madzhab dan amat mengetahui variasi aqwal para ‘ulama, ketat pada diri tapi membawa keluasan bagi ummat.

Bersama Ust. Abdul Shomad, fiqih kembali pada ashalahnya, “Sesungguhnya Allah menghendaki kemudahan bagimu dan bukan menginginkan kesukaran untukmu”, dan “Allah tidak menjadikan kesempitan di dalam agama.”

Bagi yang dekat, hadirilah majelisnya. Bagi yang jauh, carilah majelis serupa. Sungguh tiap langkah ke sana dihitung memudahkan jalan ke surga. Betapapun kini kita dimudahkan oleh internet dan media sosial untuk menggapai ilmu, berkah tapak-tapak jalan ke pengajian itu tak tergantikan.

Berkah ilmu kian langka. Hingga kadang di bawah video indah berisi ilmu manfaat seorang ustadz, berjajar serapah para pro dan kontra.

Dan di majelis-majelis semacam asuhan beliau, ada yang lebih bernilai dari ilmu. “Sebab pada guru yang sebenar berilmu”, begitu ditulis Ibn ‘Athaillah, “Kan kau reguk adab yang tak disediakan oleh buku-buku.”

“Kita lebih berhajat pada sedikit adab”, ujar Imam ‘Abdullah ibn Al Mubarak, “Daripada berbanyak pengetahuan.” Demikianlah di kala lain beliau menyatakan bahwa dirinya memerlukan waktu 30 tahun untuk belajar adab, ditambah 20 tahun untuk belajar ilmu. “Adapun ilmu yang kuhimpun dari seluruh penjuru raya selama dua dasawarsa”, simpulnya, “Sama sekali tak bernilai tanpa Adab yang kulatih sebelumnya.”

“Hampir-hampir Adab itu”, tegas beliau, “Adalah dua pertiga agama.”

No comments

Powered by Blogger.