Siapa Diuntungkan UU Pemilu yang Baru? Jawabannya Ya Jokowi!

Jabungonline.com - DPR RI telah mengesahkan UU Pemilu yang baru dengan salah satu poinnya yakni presidential threshold 20-25 persen.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menilai, ambang batas yang cukup tinggi itu disebutnya sebagai hal yang disetting oleh pemerintah dengan partai-partai politik pendukungnya.

Tujuannya, tidak lain adalah agar tetap bisa berkuasa di periode kedua dengan memenangkan Pilpres 2019 mendatang.

“Dengan PT 10-25 persen, saya prediksi pasangan capres-cawapres maksimal tiga atau empat pasang saja,” ujarnya, Minggu (23/7).

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta itu juga menyebut UU Pemilu yang baru itu justru akan menghalangi tokoh-tokoh potensial baru ikut berkontestasi dalam Pilpres 2019.

“Jokowi akan semakin mudah untuk memetakan lawan-lawannya karena semakin sedikit semakin baik dan semakin mudah,” jelasnya.

Selain itu, kemungkinan pertarungan head to head dengan Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Jokowi pun bisa kembali terulang.

Pasalnya, tokoh-tokoh lain masih harus membuktikan diri dan berjuang untuk meraih kepopuleran dan dukungan rakyat.

Nah, hal mengungtungkan lainnya yang diraih Jokowi dengan ambang batas 20-25 persen itu, secara psikologis menempatkan Jokowi di atas angin dan semakin percaya diri.

“Apalagi secara resmi partai Golkar dan PPP sudah memberikan dukungan kepada Jokowi sebagai calon Presiden di 2019,” imbuhnya.

Dengan kondisi tersebut, lanjutnya, wajar adanya banyak pihak yang kemudian memprotes.

Tentu saja, penolakan itu muncul dari partai-partai non koalisi pemerintah dengan mengajukan judicial review UU Pemilu yang baru ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Jalur MK ini, akan menjadi jalur pertarungan terakhir yang bisa dtempuh untuk menggagalkan ambang batas tinggi itu.

“Jika di MK partai-partai penggugat kalah, maka peluang Jokowi menang kembali di 2019 semakin terbuka,” yakinnya.

Meski begitu, ia menegaskan bahwa politik memiliki sifat hakiki yang dinamis setiap waktu.

Dalam perjalanannya, politik memungkinan segala hal terjadi dalam waktu sangat singkat sekalipun.

Dengan begitu, sebagai incumbent sekalipun, Jokowi bisa tumbang oleh lawannya nanti.

“Jika tidak diimbangi dengan kinerja yang baik sehingga terjadi goncangan ekonomi, maka incumbent bisa saja kalah,” tutupnya.(pjk)

No comments

Powered by Blogger.