Anak Sakit Jiwa, Mbah Guti tak Punya Penghasilan

Tim Jabung Online saat berkunjung ke kediaman Mbah Guti. Foto: tim

Jabungonline.com – Mbah Guti ia biasa disapa. Dia hanya bisa menerka umurnya sudah hampir satu abad. Bertahun-tahun Mbah Guti tinggal di gubuk reyot di Dusun III, Desa Adiluhur, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur.

Kondisi Mbah Guti sungguh memprihatinkan. Di usianya yang sudah sepuh, tinggal di gubuk yang hanya dibangun menggunakan papan dan geribik, Mba Guti masih harus mengurus anak bungsunya Ambar Sari  (31) yang mengalami gangguan jiwa. Dua anaknya yang sudah menikah dan tinggal dengan suaminya.

Kondisi rumah Mbah Guti tak jauh berbeda dengan nasibnya. Tak ada aliran listrik, kecuali aliran listrik yang disambungkan tetangganya. Lantainya masih tanah dan hanya diisi perabot satu tempat tidur dengan kasur tak layak pakai serta satu meja makan.

Bagian tengah tempat tinggal Mbah Guti disekat sekenanya dan dijadikan tempat tidur putrinya yang sakit jiwa. Bagian dapur telihat hitam karena Mbah Guti memasak dengan kayu bakar yang ia cari sendiri. Alat masaknya pun tampak menyedihkan.

Lalu bagaimana wanita tua ini bisa menyambung hidup? “Ada saja orang kasih makan setiap hari. Ada juga yang kasih beras jadi dimasak pakai kayu bakar,” ujar Mbah Guti dengan nada khas orang tua saat tim Jabungonline.com berkunjung ke kediamannya, Kamis 18/10.

Dia juga mengaku kerap menerima pemberian saudaranya yang tinggal tak jauh dari gubuknya berdiri. Bantuan juga kadang datang dari orang yang merasa iba dengan kondisinya.

Ada rasa getir saat melihat Mbah Guti masih bisa tersenyum di tengah segala keterbatasannya. Meski matanya tak lagi awas, Mbah Guti tetap bersyukur karena ia masih bisa berjalan dan pendengarannya masih berfungsi cukup baik.

Mbah Guti praktis hanya hidup dari belas kasih orang-orang di sekitar tempat tinggalnya. Agus Pujianto (31), salah satu warga yang tinggal tak jauh dari tempat Mbah Guti, bercerita bahwa Mbah Guti ini sangat memprihatinkan, rumah yang dibangun itupun hasil dari uluran bantuan masyarakat.

Dia membenarkan jika terkadang dan bahkan sering ada warga sekitar yang memberikan bantuan. “Selain saudaranya, kadang ada warga sini yang kasih makan. Ada juga yang kasih duit atau sembako,” tuturnya.

Aktifitas sehari-hari Mbah Guti bekerja serabutan, untuk memasak saja dia harus mencari kayu bakar sendiri, “Kalau anaknya cuma main-main aja karena sakit jiwa,” ungkap Agus Pujianto.

Agus Pujianto yang juga Kepala Desa, berharap ada pihak yang mau memberi bantuan bagi Mbah Guti dan anaknya. “Saya kasihan lihat kehidupannya, harus tinggal dengan anaknya yang sakit jiwa. Saya berharap ada orang atau pihak pemerintah yang mau membantunya,” katanya.(*)

No comments

Powered by Blogger.