Emak-emak Tergerak Ikut Aksi Simpati Korban Demo September


Aksi solidaritas korban tewas pada demo September.

Jabung Online -- Salah satu anggota Solidaritas Emak-emak Indonesia, Emlih (44), mengaku ikut aksi solidaritas korban demo September lantaran ibu hati nuraninya tergerak. Ia juga mendengar cerita kericuhan aksi di depan Gedung DPR RI dari keponakan yang mengikuti aksi penolakan RKUHP pada 24 September lalu.


Ibu berkacamata yang menaburkan bunga dalam aksi solidaritas itu memang bukan bagian dari keluarga korban tewas. Namun Emlih mengaku simpati dengan apa yang telah terjadi.

Ia menuturkan mendapatkan cerita soal penganiayaan aparat keamanan kepada mahasiswa dari keponakannya yang berkuliah di salah satu universitas di Tangerang. Pasalnya keponakannya yang berstatus sebagai mahasiswa itu mengikuti aksi dan melihat rekan-rekannya diamankan dan dianiaya.

"Hati nurani saya terpanggil karena ada keponakan saya ikut aksi, ketika pulang dia bercerita kepada saya, umi teman-teman pada ditangkapi di sana, diuber-uber," ujarnya usai aksi solidaritas di depan Gedung Polda Metro Jaya, Minggu (13/10).

Awalnya, kata Emlih, dia berpikir jika itu hanya cerita yang dibuat untuk menakut-nakuti. Namun saat melihat pemberitaan di media massa juga video yang beredar, ia mengaku sedih dan kaget melihat apa yang terjadi.

"Saya tanya, kamu masih mau balik ke sana besok? Enggak umi, katanya, terus diapain temannya? Perkiraan saya itu hanya biasa saja ditakut-takuti, setelah saya baca berita ternyata ada yang meninggal, ada juga kiriman videonya," tuturnya.

Ibu dari seorang anak ini menilai keponakannya mengalami trauma pasca aksi tersebut. Pasalnya keponakannya enggan kembali untuk aksi di depan Gedung DPR. 

Emlih yang merupakan buruh pabrik itu pun mengaku mengikuti aksi berdasarkan hati nurani. Dia yang kenal dengan salah satu orator aksi, Kokom Komalawati, pun diajak untuk ikut aksi tersebut. 

Karena latar belakangnya yang juga seorang ibu, Emlih pun memilih ikut. 

"Kita tahu bahwa kematian itu takdir, tapi tidak dengan begitu (penganiayaan), kalau memang seperti aparat itu anak bngsa kenapa mereka ada di situ (aksi depan DPR), berarti negeri ini tidak beres, kenapa mereka ada di situ berarti ada yang tidak bagus, masa orang ke sana enggak ada tujuan, kenapa harus disakiti, kalau mereka anarkis pasti ada pancingan," ucapnya. 

Aksi solidaritas yang berjalan siang tadi dilakukan dengan tabur bunga dan pembacaan puisi. Mereka juga memberikan lima tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemerintahan. 

Tuntutan pertama yaitu untuk membebaskan anak-anak mahasiswa dan pelajar yang masih ditahan oleh pihak kepolisian. 

Kedua, Polda Metro Jaya membuka akses secara terbuka dsn transparan data-data tentang mahasiswa dan pelajar yang masih ditahan, berikan kemudahan akses bagi orang tua dan keluarga untuk mengetahui keadaan anak-anaknya dan berikan jaminan bagi mahasiswa dan pelajar untuk mendapatkan pendampingan hukum. 

Ketiga, menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap aksi mahasiswa, pelajar, dan seluruh rakyat yang menyuarakan hak-hak demokratisnya. 

Mereka juga menuntut Mendikbud, Menristekdikti, KPAI dan Dinas Pendidikan untuk menghentikan segala pelarangan mahasiswa atau pelajar menyuarakan pendapatnya dan pengancaman drop out. 

Kelima adalah untuk hentikan kriminalisasi terhadap pejuang demokrasi, usir polisi dan tentara dari jabatan sipil. 

Adapun rangkaian aksi unjuk rasa 24-30 September lalu yang terjadi di DKI Jakarta dan berbagai wilayah lainnya menelan lima korban jiwa. 

Korban tewas tersebut yakni mahasiswa Halu Oleo bernama Immawan Randi dan Muhammad Yusuf Kardawi di Kendari, Sulawesi Tenggara, dan Bagus Putra Mahendra, Maulana Suryadi serta Akbar Alamsyah. (gst)

No comments

Powered by Blogger.