Junaidi Auly: Pemerintah Belum Mampu Menekan Lonjakan Harga Pangan


Jabung Online  -  Rilis inflasi BPS untuk November 2019 menjelaskan tinggi inflasi bahan pangan (volatile food inflation) yang jauh di atas jenis inflasi lainnya. Merujuk data BPS, secara tahunan inflasi umum (headline inflation) mencapai 3 persen pada November 2019, sedangkan inflasi inti 3,08 persen, inflasi harga diatur pemerintah 1,08 persen dan inflasi bahan pangan/bergejolak 5,02 persen.

Anggota DPR RI FPKS Junaidi Auly, menjelaskan bahwa ketersediaan bahan pangan menjadi persoalan utama inflasi di Indonesia. Pada November lalu, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga seperti bawang merah, tomat, sayur dan bayam.

“Kami berharap harga pangan bisa lebih stabil, kalaupun ada lonjakan harga tentunya tidak terlalu tinggi sehingga dapat terjangkau” Kata Junaidi Auly dalam rilis diterima Rabu, 4 Desember 2019.

Junaidi menambahkan “Perlu dicermati bahwa lonjakan ini seharusnya berkontribusi signifikan terhadap kesejahteraan petani. Jangan sampai, lonjakan harga lebih dinikmati oleh distributor maupun rantai perdagangan lainnya”.

Junaidi melihat bahwa persoalan ketersediaan pangan di Indonesia sangat rumit. “Dulu kita dijuluki negara agraris, sekarang banyak pemenuhan kebutuhan bahan pangan justru lewat impor. Tentu, hal ini berpengaruh terhadap ketahanan pangan di Indonesia dan stabilitas sosial hingga politik”.

Dalam jangkauan yang lebih jauh, lonjakan harga pangan yang naik setiap tahun berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan ekonomi lewat konsumsi rumah tangga. “Jadi kalau harga pangan naik terus, maka rumah tangga harus menaikkan alokasi dana untuk kebutuhan sehari-hari. Sehingga alokasi dana lain semakin turun. Apalagi bagi masyarakat prasejahtera, hampir 50% dari pendapatannya tersebut untuk kebutuhan pangan. Jadi, stabilitas harga pangan menjadi sangat penting, tutup Junaidi. (Hadi)

No comments

Powered by Blogger.