Opini: “Biarpun Gaji Kecil, Gurulah yang Pertama Masuk Surga” – Sebuah Kalimat Manis yang Bisa Menjadi Racun

Sering kita dengar ucapan manis: “Biarpun gaji kecil, gurulah kelak yang pertama masuk surga.” Kedengarannya indah, penuh penghormatan. Tapi kalau ditelisik lebih jauh, kalimat ini berpotensi jadi candu yang berbahaya: meninabobokan guru, sekaligus jadi “tameng” bagi pemerintah untuk lepas tangan dari kewajiban menyejahterakan mereka.

Iya, guru memang profesi mulia. Mereka mencetak masa depan bangsa, menanamkan nilai, membentuk karakter. Tapi kemuliaan itu bukan alasan untuk menormalisasi kenyataan pahit bahwa gaji banyak guru di negeri ini masih jauh dari kata layak. Menjanjikan surga untuk guru tanpa memberi kesejahteraan di dunia ibarat mengucapkan “Sabar ya, nanti juga kenyang di akhirat” kepada orang yang lapar. Ironi kan?

Kalimat ini juga sering dijadikan bumbu pidato pejabat. Diuar-uarkan di panggung dengan suara bergetar, seolah menggugah, padahal realitasnya: guru honorer masih ada yang dibayar ratusan ribu rupiah per bulan, ada yang harus nyambi ojek online, bahkan ada yang meninggalkan profesinya karena tak kuat menanggung beban ekonomi. Apakah surga di akhirat cukup untuk menutup biaya listrik dan uang sekolah anak? Tentu tidak.

Mengagungkan guru dengan janji metafisik tanpa aksi konkret adalah bentuk pengkhianatan. Penghormatan sejati pada guru bukan lewat kata-kata manis yang dijual murah di spanduk atau pidato, melainkan lewat kebijakan yang jelas: gaji layak, jaminan kesejahteraan, serta penghargaan nyata atas pengabdian mereka.

Maka, mari kita berhenti meninabobokan guru dengan kalimat manis yang menutupi luka. Surga biarlah urusan Allah, tapi urusan gaji dan kesejahteraan guru adalah tanggung jawab negara. Jangan sampai kalimat bijak berubah jadi racun, yang membuat kita rela membiarkan guru hidup susah, sambil berkata: “Tenang Bu, Bapak, nanti masuk surga kok.”


Oleh : Redaksi JabungOnline.com

Posting Komentar

Jabungonline.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaklah dalam menyampaikan komentar. Komentar atau pendapat sepenuhnya menjadi tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Lebih baru Lebih lama