Oleh: Nanang Wiwit Sinudarsono – Jabungonline.com
Malam hari di Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur, kini tak lagi gelap gulita. Jalan setapak yang dulu hanya diterangi lampu minyak, kini bercahaya lampu listrik yang stabil. Anak-anak bisa belajar tanpa terganggu asap pelita, para ibu bisa menenun hingga larut malam, dan warung kopi desa ramai pengunjung karena televisi dan kulkas sudah bisa digunakan.
Cahaya untuk Pendidikan
Perubahan paling nyata terasa di dunia pendidikan. Rani (12), siswi kelas VI SD, mengaku kini lebih leluasa belajar di malam hari.
“Kalau dulu, lampu minyak bikin mata perih. Sekarang bisa baca buku kapan saja, lebih jelas dan lebih lama,” ujarnya sambil memegang buku pelajaran.
Guru setempat, Pak Iskandar, menyebutkan bahwa listrik juga memudahkan kegiatan belajar mengajar. Proyektor dan perangkat komputer yang selama ini hanya disimpan kini bisa benar-benar dimanfaatkan.
“Anak-anak sekarang bisa belajar dengan cara lebih modern. Kami juga bisa menayangkan video pembelajaran, tidak hanya papan tulis,” katanya.
Energi yang Menggerakkan Ekonomi
Selain pendidikan, kehadiran listrik membawa dampak nyata bagi perekonomian warga. Pak Hasyim, pemilik usaha penggilingan padi, merasa lebih efisien sejak beralih ke mesin listrik.
“Dulu sehari bisa habis lima liter solar. Sekarang lebih murah dan praktis. Hasilnya juga lebih cepat,” jelasnya.
Di warung-warung, kulkas menjadi barang baru yang menghadirkan peluang usaha. Es batu, minuman dingin, hingga makanan beku kini bisa dijual. Aktivitas ekonomi tak berhenti saat matahari terbenam.
Energi Berkeadilan di Wilayah 3T
Desa Srigading merupakan bagian dari program elektrifikasi PLN yang menargetkan wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Menurut data Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024–2033, rasio elektrifikasi nasional sudah mencapai 99,87 persen pada tahun 2024. Namun, PLN tetap memprioritaskan desa-desa terpencil agar tak tertinggal dari arus pembangunan.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, sebelumnya menegaskan bahwa elektrifikasi bukan hanya soal infrastruktur, melainkan juga bentuk energi berkeadilan.
“Ketika listrik masuk ke desa, yang berubah bukan hanya lampu yang menyala, tetapi juga ekonomi, pendidikan, bahkan kesehatan masyarakat,” ucapnya.
Menuju Masa Depan Hijau dan Berkelanjutan
Tak hanya menghadirkan listrik, PLN juga mulai memperkenalkan energi terbarukan di desa-desa. Beberapa wilayah di Lampung kini telah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) komunal untuk mendukung keberlanjutan energi.
Di Desa Srigading, warga pun mulai memanfaatkan listrik untuk kegiatan produktif yang ramah lingkungan, seperti pengeringan hasil panen dengan mesin hemat energi.
Cahaya Harapan
Kini, desa itu tak hanya terang oleh cahaya listrik, tetapi juga oleh optimisme warganya. Anak-anak bisa bermimpi lebih tinggi, para petani punya peluang ekonomi baru, dan masyarakat tak lagi terisolasi dalam gelap.
“Rasanya lebih semangat kerja, lebih yakin menyongsong masa depan. Listrik ini benar-benar hadiah besar untuk kami,” kata Pak Hasyim sambil tersenyum.
Kisah di Lampung ini menjadi bukti bahwa listrik adalah jembatan menuju kemandirian bangsa. Sebuah energi berdaulat yang bukan hanya menyalakan lampu, tapi juga menyalakan harapan.