Hanung Bramantyo: Sekarang Momennya Bikin Film Kristen



Jabung Online  - Sutradara Hanung Bramantyo mengatakan bahwa situasi religius adalah situasi yang dibutuhkan oleh semua manusia. Dulu Ayat-Ayat Cinta, film karyanya, muncul karena orang-orang sedang mempertanyakan hukumnya pacaran dan poligami.


"Tinggal sekarang kebutuhannya seperti apa? Secara spesifik itu yang berubah. Dulu Ayat-Ayat Cinta muncul karena orang-orang sedang mempertanyakan hukumnya pacaran dan poligami. Agama Islam adalah agama mayoritas, kurang lebih ada 80 persen –semoga belum naik atau turun ya, tapi katanya banyak yang turun, ya syukur, yo ben, salahnya orang Islam sendiri kok. Value-value keseharian selalu dikaitkan dengan Islam. Mau orangnya tidak alim, tapi ketika ada vodka di sini–walau tidak ada yang teler–orang selalu bereaksi, “wuoh!”.


Lain halnya ketika tidak di Indonesia, misalnya Jerman atau Rusia. Tidak akan ada yang bereaksi ketika ada botol vodka di sini. Kemusliman itu sudah masuk di alam bawah sadar mereka. Yang muncul lalu adalah pertanyaan-pertanyaan seperti “Kalau pacaran bagaimana ya? Apakah boleh pegangan?” Ini kemudian dijawab di Ayat-Ayat Cinta," kata Hanung pada laman majalah Warning.


Yang kedua, kata dia, saat itu Islam tidak muncul di permukaan, masih sembunyi. Islam yang menang dan islam yang keren cuma muncul di bulan Ramadan. Makanya Islam selalu dikaitkan ke aktivitas yang sifatnya personal dan terkotakan di dalam masjid. Akhirnya muncul pertanyaan kenapa islam selalu muncul di wilayah privat dan tak pernah unjuk gigi.


"Politik Orde Baru saat itu sedang hangat-hangatnya bicara bahwa Islam harus ditaruh di belakang. Maka simbol-simbol haram hilang, Muhammadiyah dan NU harus bersimbol Nusantara. Misalnya, peci putih tidak diperbolehkan. Makanya islam sangat digerus, dan menimbulkan pertanyaan, “bolehkah Islam?” Ayat-Ayat Cinta menjawabnya. Di film itu, Islam selalu menang meski awalnya menderita. Ketika melihat Fahri dipenjara, penonton merasa “itu gue banget!”. Ketika dia menang, penonton merasa teraduk-aduk sekali. Mereka punya kehausan itu," ungkap dia.


Nah, kata dia, sekarang kita tidak bisa membuat Ayat-Ayat Cinta yang begitu lagi karena Islam sudah keluar. Bahkan, Islam menurut dia sudah berani bicara bahwa pemimpin kafir tak boleh dicoblos.


"Kalau kita bikin film yang mengglorifikasi Islam lagi, seperti kita minum kopi manis yang masih ditambah gula. Pertanyaannya adalah sekarang kita mestinya bikin film religi yang seperti apa? Kita harus menjawab itu. Tapi sangat dilematis, kalau kita mempertanyakan itu, nanti dianggap anti-Islam. Malah sekarang adalah momennya bikin film Kristen. Karena itu Cek Toko Sebelah muncul, membicarakan Cina tapi tidak Cina. Ernest Prakasa muncul sebagai sebuah bagian dari perlawanan kaum minoritas," kata dia.

No comments

Powered by Blogger.