Di tengah derasnya arus informasi digital, kualitas pemberitaan menjadi taruhan besar bagi media, terutama media lokal. Sayangnya, masih banyak wartawan lokal yang bekerja tanpa bekal keterampilan menulis berita yang memadai. Kondisi ini bukan hanya merugikan wartawan itu sendiri, tapi juga masyarakat sebagai konsumen informasi.
Ketika Berita Kehilangan Rasa
Tidak jarang, kita temui berita yang asal comot informasi dari media lain, tanpa verifikasi. Gaya penulisan pun cenderung kaku, bertele-tele, bahkan kadang menyalahi kaidah dasar jurnalistik: 5W + 1H. Akibatnya, berita kehilangan roh dan daya tarik. Padahal, fungsi pers adalah menyampaikan informasi yang akurat, berimbang, dan mendidik masyarakat.
Masalah Utama: Minim Pelatihan
Ada dua masalah krusial. Pertama, tidak semua wartawan lokal memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik. Banyak yang "nyemplung" ke dunia media karena kesempatan kerja, bukan karena kesiapan kompetensi. Kedua, minimnya pelatihan dari perusahaan media. Alasan klasik: keterbatasan dana dan waktu. Padahal, pembekalan rutin seperti workshop menulis, verifikasi fakta, dan etika jurnalistik seharusnya jadi investasi jangka panjang.
Dampak ke Publik
Ketika berita ditulis asal-asalan, publik jadi korban. Informasi bias, provokatif, bahkan berpotensi menyesatkan. Lebih parah lagi, kepercayaan masyarakat terhadap media lokal bisa runtuh. Pada akhirnya, media kehilangan fungsi kontrol sosial dan sekadar jadi corong kepentingan tertentu.
Solusi: Investasi Kompetensi
Sudah saatnya media lokal sadar bahwa kualitas berita lebih penting daripada sekadar kecepatan tayang. Manajemen redaksi perlu memberi ruang pelatihan berkala, menggandeng lembaga pers atau akademisi. Wartawan pun harus punya kesadaran belajar mandiri: membaca lebih banyak, menulis lebih sering, dan tidak alergi kritik.
Penutup
Media lokal adalah wajah informasi di daerah. Jika wartawannya tidak dibekali keterampilan menulis yang baik, wajah itu akan tampak kusut. Masyarakat butuh berita yang sehat, akurat, dan tajam. Dan semua itu hanya bisa terwujud kalau wartawan diperlengkapi dengan pembekalan yang memadai.
Oleh: BangJO