Antara NU, Gus Dur dan Jenggot Naga


JABUNG-ONLINE.ORG - Social media sedang ramai membicarakan pernyataan kontroversial Ketua PBNU Said Aqil Siradj tentang berjenggot; seperti rekaman audio yang beredar di Youtube, Said Aqil mengatakan bahwa orang yang berjenggot mengurangi kecerdasan. (Baca : Soal Tuduhan Jenggot Mengurangi Kecerdasan, Ini Jawaban Gus Anam untuk Said Aqil Siradj )

“Orang berjenggot itu mengurangi kecerdasan, jadi syaraf yang sebenarnya untuk mendukung kecerdasan otak, ketarik oleh, untuk memanjangkan jenggot,” ujarnya.

Tapi kalau berjenggot, emosinya saja yang meledak-ledak, geger otaknya. Karena syaraf untuk mensupport otak supaya cerdas, ketarik oleh jenggot itu. Semakin panjang, semakin goblok!

Ia pun membeberkan contoh tokoh-tokoh liberal yang dianggap cerdas karena tidak berjenggot.

“Coba lihat, Gus Dur tidak berjenggot, Nurcholis Majid tidak berjenggot, Pak Quraish Syihab tidak berjenggot, yang cerdas-cerdas ngga ada yang berjenggot itu,” ungkapnya.


(foto Said Aqil Siradj sendiri sewaktu muda, berjenggot)

Pernyataan Ketua PBNU ini lantas mendapat respon kritikan dari berbagai pihak; salah satunya banyak memuat poster foto para Kyai pemimpin NU dulunya yang senang memanjangkan jenggot seperti Hadhrotu Syaikh KH. Hasyim Asy’ari.


Gus Dur dan pendekar Jenggot Naga

Namun diluar itu semua, ada sebuah kisah tentang KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih kita kenal dengan panggilan Gus Dur, dulu Gus Dur ternyata sangat menyukai kisah pendekar berjenggot, terutama kisah pendekar jenggot naga ‘To Liong To’ walau dulunya masih dalam bentuk cerita komik atau tulisan sama seperti cerita legend the condor heroes


Sejak tahun 1954, antara Gus Dur dan Gus Sholah sudah suka membaca cerita silat yang telah disadur kedalam bahasa Indonesia.

Hal ini pun dibenarkan oleh Muhammad AS Hikam dalam ‘Kenanganku bersama Gus Dur’, beliau menuturkan, “salah satu hobby Gus Dur yang saya share, tapi tak banyak orang yang bisa ikutan, adalah cerita silat (cersil) Cina. Yang dimaksud buku cersil Cina ini bukan hanya yang dikarang oleh penulis Indonesia seperti alm. Khoo Ping Ho misalnya, tapi juga, dan justru lebih banyak, saduran- saduran dari para novelis cersil dari Cina, seperti Chin Yung, Liang Ie Shen, atau Khu Lung. Gus Dur dan saya menyukai para penyadur silat Cina dari negeri kita seperti Gan KL, OKT, SD Liong, Tjan ID, dan Boe Beng Tjoe. Pengarang cerita silat yang disebut terakhir, sebenarnya adalah pseudoname OKT, adalah yang karya-karyanya paling sering kami pakai sebagai rujukan, khususnya cersil yang berjudul “Kisah Membunuh Naga” (Ie Thian To Liong, KMN)”

Gus Dur sangat menyukai kisah To Liong To dari kisah Trilogi Rajawali, dan pendekar jagoaanya adalah seorang Pendekar Berjenggot dengan sebutan Jenggot Naga.

Tulisan ini sebenarnya bicara secara luas antara hubungan NU dan Jenggot; dan apa yang dikatakan Said Aqil Sirad Ketua PBNU tentang berjenggot menyebabkan diri semakin Goblok sepertinya menjadi sebuah antitesa dengan apa yang dijadikan kesukaan seorang Gus Dur dulunya; kisah pendekar berjenggot yang akhirnya mampu menginspirasi diri seorang Gus Dur karena selalu ada pesan moral dalam cerita silat yang di bacanya. (dw)


No comments

Powered by Blogger.