Akses Pendidikan Memiriskan di Lampung Timur: Pelajar Setiap Hari Menyeberang Sungai dengan Rakit Bambu

Lampung Timur, Rabu, 10 Desember 2025 — Kondisi pendidikan di Desa Tri Sinar, Kecamatan Marga Tiga, menyisakan keprihatinan mendalam. Pada pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB, sejumlah pelajar terlihat berkumpul di tepi sungai yang membelah desa. Bukan karena hendak bermain air, melainkan mempersiapkan diri menyeberangi sungai menggunakan rakit bambu demi bisa sampai ke sekolah.

Rakit Seadanya Menjadi Jalan Satu-satunya

Tidak adanya jembatan maupun jalan alternatif memaksa para pelajar bergantung pada rakit bambu yang mereka rakit secara swadaya. Rakit itu kecil, hanya cukup menampung beberapa anak dalam sekali penyeberangan. Untuk menggerakkannya, mereka menggunakan bambu panjang sebagai tongkat penopang.

Kalau nggak pakai rakit, nggak ada jalan lain. Sungainya lumayan dalam, apalagi habis hujan, arusnya deras,” ujar Suhadi (47), seorang warga yang hampir setiap pagi ikut mengawasi penyeberangan anak-anak.

Risiko Meningkat Saat Musim Hujan

Ketika hujan turun semalaman, debit air meningkat tajam. Namun para pelajar tetap berangkat karena tidak ingin tertinggal pelajaran. Risiko tenggelam, tergelincir, atau terseret arus selalu membayangi.

Sebagai orang tua, kami ini was-was sekali. Tapi mau bagaimana lagi? Anak-anak tetap harus sekolah. Kami cuma bisa berpesan agar mereka hati-hati,” ungkap Lestari (39), ibu dari salah satu pelajar.

Usulan dari Warga Belum Juga Terwujud

Menurut tokoh masyarakat setempat, pembangunan jembatan sebenarnya sudah berkali-kali diusulkan melalui musyawarah desa hingga tingkat kecamatan. Namun hingga berita ini disusun, belum ada realisasi.

Sudah lama kami mengajukan permohonan jembatan. Setiap rapat desa selalu kami bahas. Tapi sampai sekarang belum ada keputusan. Padahal ini menyangkut keselamatan anak-anak,” jelas Mulyono (54), Ketua RT setempat.

Berangkat Pagi, Pulang Menjelang Sore

Ritual menyeberang sungai ini bukan hanya terjadi saat berangkat sekolah, tetapi juga ketika pulang pada pukul 15.00–16.00 WIB. Pada jam-jam itu, beberapa pelajar bahkan tampak lebih lelah setelah menjalani pembelajaran seharian, namun tetap harus berhadapan dengan sungai yang sama.

Potret Nyata Ketimpangan Akses Pendidikan

Situasi di Tri Sinar menjadi gambaran jelas bahwa kesenjangan akses pendidikan masih terjadi di Lampung Timur. Infrastruktur dasar seperti jembatan seharusnya menjadi prioritas demi menjamin keselamatan generasi muda.

Masyarakat berharap ada langkah cepat dari pemerintah daerah untuk memperbaiki situasi ini. Pembangunan jembatan sederhana atau peningkatan jalur alternatif diyakini dapat membantu banyak anak-anak dalam mendapatkan akses pendidikan yang lebih aman.

Kami tidak menuntut yang mewah, cukup jembatan sederhana yang kuat. Yang penting anak-anak bisa lewat dengan aman,” tambah Suhadi.


Jabung Online Media Kritis, Tajam dan Terpercaya. 

Posting Komentar

Jabungonline.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaklah dalam menyampaikan komentar. Komentar atau pendapat sepenuhnya menjadi tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Lebih baru Lebih lama