Gunung Anak Krakatau Masih Berstatus Waspada, Petugas Minta Warga dan Nelayan Jaga Jarak Aman 2 Km

Jabungonline.com - Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berada di perairan Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, kembali menjadi perhatian publik. Hingga pertengahan Desember 2025, gunung api muda tersebut masih berada pada Status Level II (Waspada). Meski belum menunjukkan tanda-tanda erupsi besar, otoritas pemantau gunung api menekankan bahwa aktivitas internalnya tetap perlu diwaspadai.

Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau, Andi Suardi, menjelaskan bahwa status waspada bukan berarti situasi sepenuhnya aman. Menurutnya, ada beberapa indikator kegempaan serta aktivitas fumarol yang masih menunjukan dinamika di tubuh Gunung Anak Krakatau. Inilah yang membuat wilayah sekitar kawah tetap dinyatakan sebagai zona terlarang untuk dimasuki manusia.

Imbauan Ketat: Radius 2 Kilometer Harus Bersih dari Aktivitas Warga

Dalam keterangan yang diterima Jabungonline.com, Andi menegaskan bahwa masyarakat, wisatawan, maupun nelayan tidak diperbolehkan berada dalam radius 2 kilometer dari pusat erupsi. Pembatasan ini bukan tanpa alasan. Area lingkaran tersebut termasuk zona berbahaya yang dapat terdampak lontaran batu pijar, semburan gas panas, atau perubahan mendadak dalam aktivitas gunung.

“Secara visual gunung ini memang terlihat tenang, tetapi secara internal tetap ada proses vulkanik yang kami pantau. Karena itu, batas aman tetap harus dipatuhi,” ujarnya.

Aktivitas Terpantau Stabil, Namun Potensi Perubahan Tetap Ada

Meski sejak beberapa waktu lalu tidak terjadi letusan signifikan, alat pemantau (seismograf) masih merekam getaran kecil yang menunjukkan adanya pergerakan fluida magma di kedalaman. Hal ini membuat tim pengamat terus siaga, terutama karena Gunung Anak Krakatau dikenal memiliki pola aktivitas yang cepat berubah.

GAK juga memiliki riwayat erupsi yang tidak selalu didahului tanda-tanda visual yang jelas. Fenomena tersebut menjadi alasan tambahan bagi petugas untuk terus mengingatkan warga agar tidak mendekat, meskipun gunung terlihat “diam”.

Nelayan Diminta Perhatikan Arah Angin dan Informasi Resmi

Selain warga, kelompok paling terdampak dari pembatasan aktivitas adalah para nelayan. Rute-rute tangkap ikan tertentu yang mendekati zona 2 km kini harus dialihkan untuk sementara. Andi mengimbau agar nelayan:

Menghindari titik pelayaran yang terlalu dekat dengan gunung,

Selalu memperhatikan arah angin untuk menghindari abu vulkanik,

Mengikuti setiap pengumuman dari PVMBG dan Pos Pengamatan setempat.


“Keselamatan harus menjadi prioritas. Jangan memaksakan diri hanya karena kondisi terlihat tenang,” kata Andi.

Pengawasan Intensif dan Pemutakhiran Informasi

Tim pemantau Gunung Anak Krakatau melakukan pemantauan rutin selama 24 jam. Data harian, termasuk kegempaan, deformasi, dan visual permukaan kawah, terus diperbarui untuk memastikan tidak ada perubahan drastis yang terlewat. Semua laporan kemudian diteruskan kepada BPBD, aparat desa, serta stakeholder terkait untuk memastikan penyebaran informasi yang tepat dan cepat.

Hingga laporan terakhir, aktivitas GAK masih dalam kategori terkendali. Namun, dengan sejarah panjang letusan gunung tersebut sejak terbentuk pada 1927, kewaspadaan harus tetap dijaga.

Penutup

Jabungonline.com menghimbau masyarakat di wilayah pesisir Lampung Selatan maupun Banten untuk selalu mengakses informasi resmi dari PVMBG dan Pos Pantau Anak Krakatau. Cuaca ekstrem, gelombang pasang, serta aktivitas vulkanik yang bersifat dinamis membuat kawasan sekitar GAK perlu terus diperhatikan.

Kesadaran warga mematuhi imbauan jaga jarak 2 kilometer menjadi kunci utama dalam mencegah potensi risiko di area gunung api aktif tersebut.

Kontributor: Alfi

Posting Komentar

Jabungonline.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaklah dalam menyampaikan komentar. Komentar atau pendapat sepenuhnya menjadi tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Lebih baru Lebih lama